Mengamalkan Hadis-hadis yang Telah Diproses Ijtihad Ulama
Perbedaan di kalangan umat Islam merupakan suatu rahmat. Juga perbedaan dalam hal masalah khilafiyah dalam beribadah. Kali ini, KH Ma’ruf Khozin membahas soal amalan umat Islam berdasar hadis-hadis yang telah diproses dalam Ijtihad Ulama.
Berikut ulasan kiai pesantren yang Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur:
Sejak ditunjuk menjadi anggota Lembaga Bahtsul Masail PBNU, anggota di MUI Pusat atau Ketua Dewan Pengawas Syariah LAZ Yatim Mandiri, mau tidak mau saya sering ke Jakarta. Entah tahu dari mana beberapa pihak minta melakukan kajian. Kadang saya terima, tapi kadang saya minta maaf karena keterdesakan waktu acara. Teman-teman memberi saran agar bersedia, kan diminta ngaji kok ditolak?
Di Masjid Arrayyan, lingkungan Kementerian BUMN ini saya sudah dua kali ngaji di sini. Bulan lalu di Kantor Telkomsel dan NU Ranting Sukabumi Utara Kec. Kebon Jeruk Jakbar. Tema pembahasan sesuai request, tapi kebanyakan adalah fikih tematik, yang kebetulan ada semua di laptop saya.
Tadi siang saya diminta menjelaskan dalil-dalil amaliah seputar Syaban, terkhusus malam Nishfu Syaban dan ziarah kubur jelang Ramadan. Di Jakarta sangat ramai peziarah sebelum puasa Ramadan. Saya menjelaskan bahwa sejak saya ke kawasan Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara apalagi kawasan Jawa dan Madura, Amaliah sama semuanya, baik orang-orang Betawi, Sunda, Batak, Minang, Melayu, Bugis, Jawa, Madura dan masih banyak lagi yang lainnya (kayak lagu Bang Haji).
Hal ini disaksikan oleh ulama petualang negeri-negeri Muslim, Ibnu Bathuthah, yang berkunjung ke Pulau Jawa tahun 748 H atau 1347 M. Beliau menjelaskan:
ثم دخلت إلى السلطان، فوجدت القاضي أمير سيد، والطلبة عن يمينه وشماله. فصافحني وسلمت عليه، وأجلسني عن شماله، وسألني عن السلطان محمد، وعن أسفاري فأجبته، وعاد إلى المذاكرة في الفقه على مذهب الإمام الشافعي. ولم يزل كذلك إلى صلاة العصر
"Saya masuk ke Sultan Samudera Pasai, bertemu Qadhi Amir Sayid, dikelingi para santri. Ia menyalami saya, menduduk-kan saya di sebelah kirinya, ia tanya tentang Sultan Muhammad dan perjalanan saya. Ia kembali diskusi fikih Syafiiyah, hingga salat Ashar." (Rihlah Ibnu Bathuthah, 1/311)
Menjadi jelas dari catatan sejarah ini bahwa sejak awal-awal masuknya Islam ke wilayah Indonesia adalah Mazhab Syafi'i. Mazhab ini menjadi salah satu aliran fikih terbesar di dunia Islam. Lalu tiba-tiba datang golongan baru yang menyalahkan semua amalan umat Islam.
Sebelum menjelaskan dalil-dalil amaliah seputar Syaban saya tanyakan dulu kepada jemaah, Hadis Nabi ada berapa jumlahnya? Karena tidak ada yang menjawab, saya sampaikan data berikut;
وفي تاريخ ابن عساكر عن أحمد : صح من الحديث سبعمائة ألف وكسر.
وقال أبو زرعة : كان أحمد يحفظ ألف ألف حديث. وقال البخاري : احفظ مائة ألف حديث صحيح ومائتي ألف حديث غير صحيح. وقال مسلم صنفت الصحيح من ثلاثمائة ألف حديث
Dalam kitab Tarikh Ibnu Asakir bahwa Imam Ahmad berkata: “Hadis sahih ada 700.000 lebih”. Abu Zur’ah berkata: “Ahmad hafal 1.000.000 hadis”. Imam al-Bukhari berkata: “Saya hafal 100.000 hadis sahih dan 200.000 tidak sahih”. Imam Muslim berkata: “Saya mengarang kitab Sahih berisi 300.000 hadis” (Faidh Al-Qadir, 1/31)
Jadi, hadis Nabi jumlahnya ratusan ribu. Selama ini kita cuma dengar "Kullu bid'atin dhalalah", ketemu orang zikir bersama pakai hadis ini, jumpa orang salat yang berbeda dituduhkan pakai hadis itu lagi, ada selametan lagi-lagi hadis ini. Ya jangan heran, hapalnya cuma hadis ini doang.
Setelah saya jelaskan dalilnya saya kuatkan proses hadis yang diamalkan seperti penjelasan guru dari Imam Syafi'i, yaitu Waki' bin Jarah (196 H):
ﻭﺣﺪﻳﺚ ﻳﺘﺪاﻭﻟﻪ اﻟﻔﻘﻬﺎء ﺧﻴﺮ ﻣﻤﺎ ﻳﺘﺪاﻭﻟﻪ اﻟﺸﻴﻮﺥ
Hadis yang diproses ijtihad oleh ulama Fikih lebih baik dari pada hadis yang hanya dihapal oleh para ulama (Al-Hafidz Adz-Dzahabi, Siyar A'lam An-Nubala', 12/329).
Advertisement