Abad ke-2 PG Ngadirejo, Produksi Gula Rendemen Tertinggi di Jatim

Ekonomi dan Bisnis

Selasa, 28 Februari 2023 10:00 WIB

Pabrik Gula Ngadirejo didirikan pada tahun 1912 oleh Perusahaan Swasta Belanda yaitu NV HVA (Handels Verniging Amsterdam). Pada tahun 1942-1945 pabrik yang berlokasi di Desa Jambean Kecamatan Kras Kabupaten Kediri diambil alih oleh pemerintahan Jepang yang saat itu berkedudukan di Indonesia.

Lalu diambil kembali oleh pemerintah Belanda sampai tahun 1957. Pemerintah Indonesia mengambil inisiatif untuk melakukan pengambilalihan kekuasaan seluruh perusahaan milik Belanda. Tahun 1957 NV HVA resmi menjadi milik Indonesia sebagai Negara yang memiliki wewenang atas perusahaan yang ada dalam wilayah Indonesia.

Pembangunan setelah kemerdekaan berdampak pada usaha restrukturisasi perusahaan-perusahaan peninggalan Belanda. Pada 1963 dilakukan reorganisasi perusahaan gula termasuk NV HVA menjadi BPU PPN-Gula.

Selanjutnya pada tahun 1968 pemerintah membentuk direksi PNP Perusahaan Negara Perkebunan sebagai usaha pematangan dalam reorganisasi perusahaan nasional. Tahun 1973, terjadi peleburan antara PNP XXI-XXII menjadi PT Perkebunan XXI-XXII yang dimana Pabrik Gula Ngadiredjo berada didalamnya.

Restrukturisasi BUMN melalui Kep. Men Kehakimam No 52 8338 HT 01.01 tanggal 11 Maret 1996, PT Perkebunan XXI-XXII Persero digabung dengan PT Perkebunan XXVII, Pabrik Karung Pecangakan, Perkebunan Tembakau Klaten menjadi PT Perkebunan Nusantara X Persero yang memiliki beberapa unit usaha. Unit usaha yang dinaungi PTPN X sejak tahun 1996 salah satunya Pabrik Gula Ngadiredjo diantara 11 pabrik gula lainnya.

Tahun 2008, PG Ngadirejo melaksanakan Kerjasama Operasional (KSO Perj. No. XX-KONTR/08.112 tgl 24 April 2008) dengan PT Kencana Gula Manis (KGM). KSO direncanakan akan berjalan selama 25 tahun yang penandatangan perjanjian Kerja Sama Operasional tanggal 24 April 2008.

Namun, pada tahun 2009 kerjasama operasional itu dinyatakan batal, dan PG Ngadirejo kembali di bawah Direksi PT Perkebunan Nusantara X (Persero).

Sejumlah armada truk PG Ngadiredjo mengangkut tebu untuk digiling. (Foto: Dokumentasi PG Ngadiredjo)
Sejumlah armada truk PG Ngadiredjo mengangkut tebu untuk digiling. (Foto: Dokumentasi PG Ngadiredjo)

PG Ngadiredjo Hidupi Ekonomi Warga Sekitar

Pada tahun 2014, PG Ngadiredjo mulai menggiling tebu 100 persen tebu rakyat. Namun, salah satu tebu milik sendiri yakni TS-HGU Sumberlumbu dikelola PG Pesantren Baru. Namun, pada tahun 2019 hingga saat ini TS-HGU dikelola kembali oleh PG Ngadirejdo.

Keberadaan PG Ngadiredjo ini dinilai sangat potensial. Sebagai aset negara yang bernilai miliaran rupiah ini memiliki peran yang sangat signifikan terhadap perekonomian sekitar. Sejauh ini PG Ngadiredjo telah menyerap ribuan tenaga kerja mulai hulu hingga hilir (mulai mengolah tanah, menanam, sampai menjadi produksi gula).

Dari catatan PG Ngadiredjo sampai saat ini memiliki sekitar 1.500 karyawan tetap, 500 sopir truk, 2000 penebang, dan 20.000 petani tebu. Dari jumlah tersebut diperkirakan sekitar 94.000 ribu ekonomi bergantung kepada PG NGadirejo.

Belum lagi tenaga-tenaga lain seperti pemborong peralatan pabrik, leveransir barang-barang pabrik, penjual makanan sekitar pabrik dan lahan sawah, sopir dan kernet pengambil gula, sopir dan kernet pengambil tetes, sopir dan kernet pembuang abu dan blotong, dan lain-lain.

Salah satu staf dalam rangka maintenance mesin penggilingan. (Foto: Witanto/Ngopibareng.id)
Salah satu staf dalam rangka maintenance mesin penggilingan. (Foto: Witanto/Ngopibareng.id)

Perkembangan Areal dan Produksi 7 Tahun Terakhir

Penyediaan areal tanaman tebu sejak berdirinya PG. hingga tahun 1975 dipenuhi melalui lahan HGU dan lahan sewa kepada petani.

Terbitnya INPRES Nomor 9 Tahun 1975 menetapkan bahwa penyediaan areal tanaman tebu dengan sistim sewa dihapus diganti dengan sistim Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) dengan sistim Bimas hingga tahun 1996.

Pada tahun 1997 INPRES Noomor 9 Tahun 1975 dicabut dan diganti Sistim Tebu Rakyat yang berazaskan kemitraan antara petani dan PG, agar dapat lebih memperdayakan petani atau petani lebih berperan sebagai subyek/penentu

Perkembangan areal dan produksi secara umum setiap tahun dinamis.Kadang mengalami peningkatan kadang mengalami penurunan. Dari tahun 2014 ke tahun 2015 luas lahan mengalami kenaikan. Namun dari produksi tebu menurun. Sebaliknya, untuk produksi gula justru naik dari 73 ribu ton ke 79 ribu ton.

Kemudian, pada tahun 2016 luas area naik dari 10.800 hektar menjadi 12.200 hektar. Ini diiringi naiknya produksi tebu dari 915 ribu ton menjadi 10 ribu ton lebih. Namun, produksi gula justru mengalami penurunan menjadi 67 ribu ton.

Begitu juga di tahun sesudahnya luas lahan ada yang mengalami kenaikan ada juga yang mengalami penurunan. Ini juga menyebabkan produksi tebu dan gula mengalami kenaikan dan penurunan.

Menurut Plt Direktur PG Ngadirejo Sugianto, kenaikan dan penurunan itu hal yang wajar. Banyak faktor yang menyebabkan, diantaranya PG Ngadiredjo banyak mengandalkan tebu rakyat. Sehingga, petani ada yang mengubah lahan tebu menjadi lahan produktif lain.

Di samping itu, naik turunnya produksi ini juga disebabkan oleh cuaca. Musim hujan yang berkepanjangan berdampak naiknya produksi tebu, namun dari segi produksi gula justru menurun termasuk juga dalam hal rendeman.

"Banyak faktor yang menyebabkan produksi naik dan turun. Yang utama itu karena tidak ada konsistensi mitra dari PG Ngadiredjo. Petani tebu yang menjadi mitra terkadang menjual tebunya ke pabrik gula lain," katanya.

Selama 7 tahun terakhir, lanjut Sugianto, produksi tebu dan gula paling menurun drastis terjadipada tahun 2020 yakni dengan luas area mencapai 8.133 hektar hanya memproduksi tebu 657 ribu ton. Dan produksi gula mencapai 46 ribu ton.

Namun, PG Ngadiredjo pernah mencatatkan sejarah menjadi salah satu pabrik gula di Jawa Timur yang menghasilkan rendeman tertinggi selama 4 tahun, yakni pada tahun 2015, 2027, 2018, dan 2019 dengan tingkat rendeman gula rata-rata 8 persen.

"Kita sangat bersyukur pernah menjadi pabrik gula dengan rendeman tertinggi di Jawa Timur," kata Sugianto.

Penggilingan tebu di PG Ngadiredjo Kediri. (Foto: Dokumentasi PG Ngadiredjo)
Penggilingan tebu di PG Ngadiredjo Kediri. (Foto: Dokumentasi PG Ngadiredjo)

Berikut data areal dan produksi selama 7 tahun terakhir:

Tim Editor

Witanto

Reporter & Editor

Berita Terkait

Selasa, 23 April 2024 22:35

Bank UMKM Jatim Hadapi Tantangan Perbankan dengan 3 Jurus Jitu

Selasa, 23 April 2024 10:58

Lebaran 2024, KAI Layani 4,39 Juta Penumpang

Minggu, 21 April 2024 13:49

Rupiah Nyaris Tembus Rp17 Ribu Per Dollar, Ini Kata Menkeu

Jumat, 19 April 2024 18:50

30 Tahun Kiranti Wariskan Kekuatan untuk Perempuan Indonesia

Bagikan Berita :