Siasat Pabrik Gula Modjopanggoong Bertahan di Tengah Persaingan

Feature

Rabu, 11 Januari 2023 12:41 WIB

Lengan crane tak berhenti mengangkut tebu, menyuplai mesin giling sejak hari pertama musim giling di Pabrik Gula Modjopanggoong. Bila dijumlahkan, ada 170 hari mesin beroperasi penuh. Sebanyak 30 ribu ton gula kristal putih berhasil dikemas untuk dilelang di tahun ini. Pabrik berusia 170 tahun itu bertahan dan terus berbenah di tengah persaingan yang tak mudah.

Produksi 30 Ribu Ton Gula

Truk berderet, antre menunggu giliran masuk untuk ditimbang, di satu pagi, Juni 2022. Sebagian lain diangkut menggunakan lokomotif. Jalur rel lori yang berserak di depan mulut mesin giling, segera penuh dengan barisan kereta besi terisi tebu.

Lengan crane bergantian meraup tebu, membawanya ke atas meja timbang. Mesin cutter tebu menunggu untuk memotong batang-batang tebu. Disusul suara mesin hammer bersautan memipihkan tebu, sebelum masuk ke mesin giling.

Mesin memasak nira di dalam PG Modjopanggoong Tulungagung. (Foto: Dyah Ayu Pitaloka/Ngopibareng.id)
Mesin memasak nira di dalam PG Modjopanggoong Tulungagung. (Foto: Dyah Ayu Pitaloka/Ngopibareng.id)

Nira dari mesin giling dikirim ke stasiun masak untuk dikeringkan. Hasil akhirnya, selain gula kristal putih (GKP), ada pula tetes dan blotong untuk pupuk, selain ampas tebu untuk bahan bakar mesin uap.

“Musim giling ini, ada peningkatan jumlah hari giling. Dari 140 hari tahun kemarin, tahun ini 170 hari,” kata Aziz Rahman Bayu Surono, Asisten Manajer SDM PG Modjopanggoong, Kamis 22 Desember 2022.

Sepanjang tahun ini, PG Modjopanggoong menggiling total 445.171 ton tebu. Realisasi yang lebih tinggi dibanding rencana kerja, sebanyak 357 ribu ton. Rata-rata 2.600 ton tebu digiling, per harinya.

Tangki penampung tetes di PG Modjopanggoong. (Foto: Dyah Ayu Pitaloka/Ngopibareng.id)
Tangki penampung tetes di PG Modjopanggoong. (Foto: Dyah Ayu Pitaloka/Ngopibareng.id)

Jumlah ini juga meningkat dibandingkan rata-rata giling tahun lalu, sebanyak 2.400 ton per hari. Dengan rendemen rata-rata 6,8 persen, ada sebanyak 30.454,2 ton gula dihasilkan, 170 ton tetes, dan 13 ton blotong.

Bila gula kristal adalah produk utama yang dikonsumsi masyarakat, tetes dan blotong milik PG Modjopanggoong dibeli oleh vendor khusus. “Tetes itu dibeli perusahaan penyedap rasa, seperti Miwon, Sasa. Kalau blotong itu dibeli vendor untuk bahan pupuk organik,” jelasnya. Musim giling tahun ini berakhir 26 November 2022.

Rizky Dwi Nanto, Asisten Manajer Pengelolaan, menegaskan tak ada limbah berbahaya yang dihasilkan dari produksi gula di pabriknya.

Karung gula kristal putih siap konsumsi dari PG Modjopanggoong. (Foto: Dyah Ayu Pitaloka/Ngopibareng.id)
Karung gula kristal putih siap konsumsi dari PG Modjopanggoong. (Foto: Dyah Ayu Pitaloka/Ngopibareng.id)

Tetes dan blotong adalah produk sampingan dari gula yang semuanya bisa dipakai lagi. Air limbah diproses lewat Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), sebelum dikeluarkan ke Sungai Patusan Rowo.

Sedangkan limbah ampas tebu, akan digunakan kembali sebagai bahan bakar mesin giling bertenaga uap.

“Semua limbah produksi tebu dipakai kembali. Bila dikeluarkan, telah memenuhi aturan, dan melalui proses pengolahan Ipal,” katanya.

Pasok Tebu Naik Turun

Sekali mesin giling bekerja, prosesnya tak boleh berhenti hingga pasokan tebu habis. Di antaranya, ada 120 karyawan tetap, 370 karyawan berstatus pegawai kontrak dan 65 tenaga outsourcing yang memastikan proses giling tak berhenti. Tenaga yang disebut cukup dan mampu menjaga pabrik memproduksi gula tanpa berhenti lewat tiga shift kerja.

Kondisi yang berbeda dengan pasokan tebu, bahan baku utama bagi pabrik untuk bekerja. Praktis mesin akan berhenti, bila tak ada tebu yang digiling.

Looses, bila mesin berhenti giling karena nunggu pasok tebu. Dalam satu hari nilai produksi Rp300 hingga 350 juta, selama 24 jam. Jika loses 1 jam, ya tinggal dibagi kerugiannya,” kata Rizky. Tahun ini, looses pun terjadi. Sebab mendapat pasok tebu tak semudah melihat hamparan ladang tebu di Tulungagung, Blitar, dan Malang.

Ampas tebu yang akan digunakan sebagai bahan bakar tungku pemasak nira menjadi gula. (Foto: Dyah Ayu Pitaloka/Ngopibareng.id)
Ampas tebu yang akan digunakan sebagai bahan bakar tungku pemasak nira menjadi gula. (Foto: Dyah Ayu Pitaloka/Ngopibareng.id)

Sejumlah upaya dilakukan. Modjopanggoong memiliki 58 hektare lahan tebu dengan status hak guna usaha (HGU). Terdapat sekitar 750 petani binaan dengan kontrak pasok tebu untuk Modjopanggoong. Juga sekitar 500 petani lain yang memasok tebu di musim giling ini.

“Secara umum, tahun ini pasok tebu kami lebih baik dibanding tahun lalu. Tetapi persaingan tak lebih mudah. Ada dua pabrik swasta lebih modern, lebih berani cepat bayar petani,” kata Aziz.

Ihwal persaingan dengan dua pabrik gula baru berlangsung sejak beberapa tahun terakhir. Pabrik modern dengan kapasitas harian mencapai 12 ribu ton tebu, dibandingkan 3.000 ton tebu milik Modjopanggong.

“Yang paling berat ya, itu mereka berani bayar harga tebu lebih mahal, uangnya langsung keluar pula. Di kami, birokrasinya panjang. Uang baru diterima 15 hari giling,” katanya sambil tertawa lebar.

Atur Siasat Baru

PG Modjopanggoong pun tak tinggal diam. Sejumlah perbaikan dilakukan agar petani tertarik datang ke Modjopanggoong. Crane tebu membuat proses bongkar tebu bisa berlangsung cepat. Kapasitas giling yang kecil juga membawa keuntungan, sebab antrean tak sepanjang pabrik sebelah yang berkapasitas raksasa.

“Kalau di pabrik sebelah, truk butuh waktu dua hari untuk antre hingga bongkar dan keluar lagi. Di kami satu hari bahkan truk bisa masuk dua kali dalam kondisi normal. Ini sudah berlangsung sejak 2016,” lanjut Aziz.

Semakin cepat bongkar, kualitas tebu manis, bersih, dan sehat juga bisa didapat. Otomatis rendemen bisa tinggi, dan produksi gula kristal bisa lebih banyak. Rizky menyebut, setiap 1 persen rendemen dalam tebu, mampu menghasilkan 1 kilogram gula. Sedangkan, semakin lama tebu tak segera digiling, semakin turun kadar rendemennya. “Semakin lama tebu menunggu digiling, ada bakteri yang memakan rendemen dalam tebu,” tambah Rizky.

Sekali dayung, dua pulau terlampaui. Inovasi layanan direspons sopir truk dan petani tebu dengan baik. Sekaligus meningkatkan kualitas dan produksi akhir gula kristal putih.

Aziz Rahman Bayu Surono, Asisten Manajer SDM PG Modjopanggoong, Tulungagung. (Foto: Dyah Ayu Pitaloka/Ngopibareng.id)
Aziz Rahman Bayu Surono, Asisten Manajer SDM PG Modjopanggoong, Tulungagung. (Foto: Dyah Ayu Pitaloka/Ngopibareng.id)

Meski, ada lagi masalah yang datang dari petani. Pabriknya, tak cukup cepat membayar tebu yang telah masuk giling. Kendala birokrasi dan ketersediaan modal menyebabkan pabrik gula itu, masih menunda pembayaran.

“Dulu gula atau uang milik petani baru bisa diterima 15 hari setelah giling. Kalau di pabrik sebelah, hari itu masuk, ya hari itu dibayar,” lanjut Aziz.

Terobosan pun dilakukan. Dari masa 15 hari, kini PG Modjopanggoong bisa membayar tebu yang telah digiling, dua kali dalam sepekan.

Perbaikan yang berlangsung sejak 2016 itu membawa hasil. PG Modjopanggoong mampu menggiling dalam jumlah hari yang lebih panjang, dan tentunya produksi gula yang lebih banyak, dibanding tahun lalu.

Namun, Aziz yakin. Jika pembayaran semakin cepat, maka pasokan tebu bukan masalah lagi. Tahun depan, ia yakin jumlah tebu giling pasti lebih banyak. Syaratnya hanya satu. “Dijamin! Pasti petani bakal datang ke sini, jika langsung dibayar,” tandasnya yakin.

Produksi PG Modjopanggoong Tulungagung selama 2021 dan 2022. (Grafis: Aldino/Ngopibareng.id)
Produksi PG Modjopanggoong Tulungagung selama 2021 dan 2022. (Grafis: Aldino/Ngopibareng.id)

Tim Editor

Dyah Ayu Pitaloka

Reporter & Editor

Berita Terkait

Minggu, 14 April 2024 05:14

Petugas Kebersihan Rela Bekerja di Hari Raya Demi Kebersihan Kota

Senin, 08 April 2024 05:46

Tak Ada Pembeli, Peralatan Dapur ini Hanya Jadi Pajangan

Jumat, 15 Maret 2024 06:04

Mesigit Tebon, Jejak Sejarah Ajaran Toleransi Mbah Jumadil Kubro

Kamis, 14 Maret 2024 04:40

Jejak Dakwah Mbah Jumadil Kubro di Desa Jipang Cepu Blora

Bagikan Berita :