Lucu Puooolll! Tentang Kursi yang Tak Pernah Nyaman
Kelaziman dalam masyarakat, seorang kakek adalah simbol dari suatu kebijaksanaan. Simbol pengalaman hidup yang terekam jauh.
Di situlah letak kalimat-kalimat hikmat karena bijaksana yang diperankan. Fragmen berikut di antara mencerminkan lelucon sekaligus hikmah yang terkandung di dalamnya.
Pada suatu hari, Simbah sedang duduk di sebuah kursi di alun-alun desa. Kursi itu sederhana, tapi cukup nyaman. Namun, seorang pemuda mendekat dan berkata, "Mbah..., kursi itu terlalu rendah. Duduk di kursi yang lebih tinggi pasti terlihat lebih gagah!"
Simbah mengangguk, lalu pindah ke kursi yang lebih tinggi.
Tak lama kemudian, seorang ibu lewat dan berkata, "Mbah..., kursi itu terlalu tinggi. Duduk di kursi seperti itu bikin punggung capek!"
Simbah pun berpindah ke kursi kecil yang ada di dekatnya.
Beberapa saat kemudian, seorang anak kecil berkata sambil tertawa, "Mbah..., kursi itu terlalu kecil untukmu. Duduk di situ malah kelihatan lucu!"
Kali ini, Simbah berdiri saja tanpa kursi. Namun, seorang pedagang lewat dan berkomentar, "Mbah..., kenapa berdiri saja? Kan lebih nyaman kalau duduk!"
Simbah akhirnya mengambil kursi lama yang pertama kali ia duduki dan berkata, "Sepertinya kursi ini yang paling cocok. Aku tak perlu pindah-pindah hanya karena apa kata orang."
Orang-orang di alun-alun tertawa kecil mendengar jawaban Simbah. Sementara Simbah melanjutkan dengan nada bijak, "Dalam hidup, tak peduli apa yang kau lakukan, selalu ada yang berkomentar. Jadi, pilihlah yang membuatmu nyaman, bukan yang hanya menyenangkan orang lain."
Pesan moral: Jangan terlalu sibuk mendengarkan komentar orang. Tidak semua pendapat perlu diikuti. Fokuslah pada apa yang membuatmu bahagia dan nyaman dalam menjalani hidup.
Advertisement