Pabrik Gula Gempolkrep, Raksasa Kedua Pabrik Gula

Ekonomi dan Bisnis

Selasa, 28 Februari 2023 16:44 WIB

Masuk dari pintu utama Pabrik Gula Gempolkrep Mojokerto, mata langsung tertuju pada bangunan lawas bercat hijau yang tinggi dan luas. Bangunan ini memberikan kesan kokoh dan kuat. Ya, Pabrik Gula Gempolkrep memang perkasa, baik dilihat dari produktivitas dan sejarahnya.

Dilihat dari produktivitasnya, Pabrik Gula Gempolkrep memang menjadi pabrik gula yang paling besar di lingkungan PTPN X dan paling besar kedua di lingkungan PTPN se-Indonesia. Tak heran jika Pabrik Gula Gempolkrep menjadi penyumbang laba terbesar PTPN X dari sektor produksi gula. Karena posisinya ini tak kaget juga jika Pabrik Gula Gempolkrep diibaratkan menjadi kapal induk untuk pabrik gula lain di lingkungan PTPN X kala itu.

Pabrik Gula Gempolkrep punya kapasitas produksi sekitar 7200 ton per hari. Namun karena pasokan tebu yang terbatas biasanya mereka hanya mengolah tebu sekitar 6500 ton per hari.

"Manajemen tak memaksimalkan kapasitas produksi karena pasokan yang terbatas dan harus berbagi dengan pabrik-pabrik gula lain yang masih satu saudara," kata Edy Purnomo General Manager PG Gempolkrep.

Pasokan tebu untuk Pabrik Gula Gempolkrep memang harus berbagi dengan pabrik gula lain yang masih satu saudara. Pengaturannya yaitu pasokan tebu dari Mojokerto full dikuasai oleh Pabrik Gula Gempolkrep, sedangkan pasokan Jombang harus berbagi dengan Pabrik Gula Tjoekir dan Jombang Baru. Pasokan tebu dari Gresik harus berbagi dengan Pabrik Gula Krembung Sidoarjo, sedangkan untuk pasokan tebu dari Lamongan, Pabrik Gula Gempolkrep harus bersaing dengan pabrik gula swasta yang ada di Lamongan.

"Kita giling tebu mayoritas berasal dari tebu petani. Komposisinya sekitar 96 persen berasal dari tebu rakyat. Jumlah petani yang menjadi mitra sebanyak 1390 orang dengan luas lahan 11.500 ha. Lahan ini yang tersebar di empat kabupaten itu," ujar Edy.

Bangunan Pabrik Gula Gempolkerep Mojokerto yang kokoh. (Foto: Amir Tejo/Ngopibareng.id)
Bangunan Pabrik Gula Gempolkerep Mojokerto yang kokoh. (Foto: Amir Tejo/Ngopibareng.id)

Kinerja Pabrik Gula Gempolkrep yang positif ini memang tak lepas dari PTPN X yang banyak melakukan pembenahan dalam sistem pengelolaan manajemen. Selain pembenahan manajemen, PTPN X juga selalu melakukan revitalisasi alat produksi agar semakin efisien. Jadi, meski sudah didirikan sejak kolonial, tapi hampir setiap tahun itu selalu ada alat yang diperbarui.

Contohnya, jika dulu menggunakan mesin uap, sekarang semuanya sudah pakai listrik semua. Teknologi terbaru misalnya pabrik gula swasta sudah punya core sampler untuk menentukan rendeman tebu petani, Pabrik Gula Gempolkrep juga sudah punya.

"Jadi PTPN X memang concern untuk mengembangkan pabrik ini supaya punya daya saing meski pabrik lama peninggalan jaman Belanda agar tak kalah dengan pabrik yang baru berdiri dengan teknologi," ujar Edy

Dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM), Pabrik Gula Gempolkrep juga punya banyak jagoan. Tenaga ahli dari Pabrik Gula Gempolkrep sering diminta untuk mengawal proses operasional giling di pabrik gula lain. Misalnya ada permintaan dari PTPN XIV untuk mengawal proses produksi gula. Jadi ada kompetensi unggul yang harus ditularkan.

Juga dengan penerapan sistem IT dalam kerja mereka. Pabrik Gula Gempolkrep sudah memanfaatkan IT untuk melakukan pendataan areal tebu milik petani mitra. Misalnya kapan tanam, estimasi kapan panen. Juga pada saat tebu sudah dipanen, sistem IT bekerja untuk menginformasikan tebu milik siapa yang sedang digiling, kualitasnya seperti apa rendemennya. Itu semua kemudian akan terkoneksi ke bagian keuangan untuk pembayaran keuangan.

"Itu yang memang yang sudah dilakukan PTPN memang tak serentak, biasanya dilakukan di pabrik gula besar dulu baru nanti bertahap ke pabrik gula lainnya," ujar Edy.

Tak hanya itu, Pabrik Gula Gempolkrep ini salah satu pabrik gula yang terintegrasi dengan pabrik etanol yang mengolah tetes tebu. Pabrik Gula Gempolkrep punya anak usaha PT. Energi Agro Nusantara yang mengolah hasil tetes tebu. Jadi tetes tebu yang biasanya menjadi sampingan proses produksi gula diolah kembali menjadi etanol. Dengan demikian ada nilai tambah yang dihasilkan dari sana.

"Dengan tetes tebu diubah menjadi etanol, ada nilai tambah yang bisa diperoleh. Misalnya, kalau dijual dalam bentuk tetes tebu saja harganya Rp 2 ribu per liter, tapi setelah diolah menjadi etanol, harganya bisa menjadi Rp12 ribu per liter. Hasilnya kan lumayan, bisa untuk membantu bibit gratis untuk petani," kata Edy.

Tim Editor

Amir Tejo

Reporter & Editor

Berita Terkait

Selasa, 23 April 2024 22:35

Bank UMKM Jatim Hadapi Tantangan Perbankan dengan 3 Jurus Jitu

Selasa, 23 April 2024 10:58

Lebaran 2024, KAI Layani 4,39 Juta Penumpang

Minggu, 21 April 2024 13:49

Rupiah Nyaris Tembus Rp17 Ribu Per Dollar, Ini Kata Menkeu

Jumat, 19 April 2024 18:50

30 Tahun Kiranti Wariskan Kekuatan untuk Perempuan Indonesia

Bagikan Berita :