Dua Pekan,1.320 Warga Probolinggo Menikah
Bulan Dzulhijjah bisa dikatakan "musim menikah", termasuk di Kabupaten Probolinggo. Dalam dua pekan di bulan Juni 2025, tercatat sebanyak 1.320 warga Kabupaten Probolinggo melangsungkan pernikahan.
Lonjakan signifikan dalam jumlah pernikahan di Kabupaten Probolinggo itu berdasarkan data dari Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Probolinggo. Yakni, selama 1-15 Juni 2025 sebanyak 1.320 orang atau 660 pasangan resmi melangsungkan akad nikah.
“Bulan Dzulhijjah dianggap sebagai bulan baik oleh sebagian masyarakat untuk melaksanakan pernikahan," ujar kata Kepala Subbagian Tata Usaha (Kasubbag TU) Kantor Kemenag Kabupaten Probolinggo, Moh. Sa’dun, Rabu, 18 Juni 2025.
Oleh karena itu tidak mengherankan bila terjadi lonjakan signifikan pada Juni 2025. Bahkan dalam setengah bulan pertama saja jumlahnya sudah melebihi angka di bulan sebelumnya, Mei 2025.
Sa'dun menjelaskan, di Kabupaten Probolinggo, Kecamatan Paiton mencatat jumlah angka pernikahan tertinggi dengan total 57 pasangan. Disusul oleh Kecamatan Kraksaan sebanyak 55 pasangan, serta Kecamatan Besuk dengan 50 pasangan.
Sementara itu, jumlah paling rendah tercatat di Kecamatan Sukapura. Di kecamatan di lereng Gunung Bromo itu dilaporkan sebanyak 10 pasangan yang menikah.
Perbedaan jumlah ini, kata Sa'dun, dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah jumlah penduduk.
Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, peningkatan jumlah pernikahan pada Juni ini tergolong sangat signifikan. Sepanjang Mei, hanya tercatat 330 pasangan yang melangsungkan pernikahan.
Dengan demikian, angka pernikahan di bulan Juni telah meningkat dua kali lipat, itu pun dalam waktu setengah bulan.
"Karena ini baru data sampai pertengahan Juni, kami perkirakan jumlah pasangan yang menikah hingga akhir bulan masih akan terus bertambah," ungkapnya.
Seperti diketahui, bagi sebagian warga terutama Suku Jawa dan Madura, bulan Besar atau Raje (Dzulhijjah) sebagai bulan yang dianggap membawa berkah. Sehingga mereka memilih bulan Haji itu ntuk melangsungkan pernikahan.
“Ini bukan hanya soal administrasi, tapi juga menyangkut tradisi dan keyakinan. Banyak yang meyakini bahwa menikah di bulan Dzulhijjah membawa keberkahan dalam rumah tangga,” pungkas Sa'dun.
Advertisement