Doa dan Adab saat Menguap, Ini Nasihat Ulama Pesantren
Terdapat adab, bagi umat Islam khususnya kaum santri, ketika menguap. Ketika menguap, baik di dalam shalat maupun di luar shalat, upayakan ditutup dengan menggunakan punggung tangan kiri.
Jadi, baik di dalam shalat maupun di luar shalat, itu upayakan ditutup dengan tangan kiri, punggungnya. Syukur-syukur bisa ditahan, tidak jadi menguap ketika shalat, tetapi jika tidak (bisa ditahan), ditutup.
Keterangan itu didasarkan pada satu hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Said Al-Khudri yang ia baca.
KH Miftachul Akhyar, Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, mengingatkan hal itu pada saat Ngaji Kitab Hadits Jami' As-Shogir dalam kanal Youtube Multimedia KH. Miftachul Akhyar diakses Rabu 14 Agustus 2024.
Kiai Miftach menyampaikan, orang menguap itu mulutnya terbuka lebar. Hal demikian ini tidak baik sehingga harus ditutup kejelekannya.
“Di samping itu setan masuk ke dalam tubuh manusia, mengganggu, menyentuh organ manusia, sehingga mendatangkan sakit dan sebagainya. Itu lewatnya bersamaan ketika menguap, tidak ditutup. Banyak terjadi seperti itu, setan masuk ke dalam tubuh manusia akhirnya berat, shalat berat, khusyu berat, berbuat kebaikan berat,” ungakapnya.
Diingatkan, setan masuk ke dalam tubuh manusia bersamaan dengan menguap. Maka untuk menahan agar setan tidak bisa harus, ketika menguap harus disertai dengan menutup mulut menggunakan punggung tangan kiri.
“Tidak harus mulutnya semua ditutup, yang penting ada gerakan menutup. Jadi menghadapi setan itu tidak pakai hal-hal yang aneh-aneh, menghadapi setan bukan malah membawa clurit, nanti tertawa setannya. Cukup membaca Audzubillahi minas syaitonir rojim,” terang Kiai Miftach.
Gerakan menutup mulut ketika menguap dalam shalat, tidak membatalkan shalat. Namun, ia meminta agar orang yang menguap di saat shalat itu agar berupaya menahannya. Jika tidak mampu menahan diri untuk tidak menguap, maka harus ditutup menggunakan punggung tangan kiri.
“Orang jika menguap itu keluar suara haa, saking ngantuknya sampai keluar suaranya kenceng. Setan malah tertawa kalau menguap sampai mengeluarkan suara, bisa tertawa secara hakikat atau secara kinayah, karena saking bahagianya. Oleh karena itu supaya setannya kecewa, ditutupi, tidak keluar suaranya, setan mau sorak-sorak tidak jadi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Kiai Miftach menjelaskan bahwa intinya Allah tidak menyukai orang menguap apalagi di waktu shalat. Ia mengungkapkan bahwa apa yang tidak disenangi Allah, berarti disenangi setan. Kemudian jika melakukan apa yang tidak disenangi Allah, berarti akan membuat dibenci Allah.
“Intinya hadits ini meminta agar kita menahan menguap kalau bisa. Jangan mengeluarkan suara. Bersin kalau bisa ya ditahan. Kenapa? Kembali lagi, kesenangan setan jika ada orang menguap, bersin kencang suaranya. Padahal setan musuh bebuyutan kita, setan diciptakan untuk menghina kita, tidak pernah jera atau berhenti atau capai. Setan tidak pernah kehilangan kesempatan untuk menghina kita, itu tugasnya," katanya.
"Itu semua perkataannya Kanjeng Nabi, lebih utama dari perkataan kiai. Beruntung kita mengisi usia kita ini dengan terus mendengarkan perkataan-perkataan kanjeng nabi,” pungkasnya.
Advertisement