Aksi Sepatu Extinction Rebellion (XR)
Ada 100 pasang sepatu beraksi menjadi wakil dari suara untuk menuntut Indonesia merdeka dari krisis iklim. Dampak dari perubahan iklim akibat suhu bumi yang terus memanas membuat bangsa ini berada di titik krisis.
Aksi Extinction Rebellion (XR) Indonesia ini memberikan peringatan sekaligus mendesak pemerintah mendeklarasikan darurat iklim. Butuh segera mengambil langkah nyata dengan kebijakan pemulihan yang lebih ramah lingkungan, dan rendah karbon untuk mencegah kerusakan yang lebih parah sebelum terlambat dan punah.
“Kami tidak mau tinggal diam. Kami tidak akan berhenti untuk menyerukan kebenaran bahwa ini sudah darurat. Krisis Iklim ini nyata dan di depan mata. ​Masa depan jutaan rakyat Indonesia, terutama anak muda ​ditentukan oleh langkah mana yang dipilih pemimpin bangsa hari ini," ucap Koordinator Nasional Extinction Rebellion Indonesia, Defrio Nandi.
Advertisement
Tiga tuntutan Extinction Rebellion yaitu deklarasi darurat iklim sekarang, susun kebijakan untuk mencapai ​net-zero emission ​pada tahun 2025, dan bentuk balai masyarakat untuk mengawal dan memberikan rekomendasi bagi kebijakan iklim Indonesia. Â
“Pandemi Covid-19 belum teratasi di Indonesia, kami merasa belum sepenuhnya aman untuk masyarakat turun ke jalan dan menyuarakan aspirasinya. Sepatu-sepatu ini dikumpulkan secara sukarela dari selama 10 hari untuk mewakili suara masyarakat dan selanjutnya akan di donasikan ke beberapa yayasan yang membutuhkan," terang Defrio.
Aksi sepatu ini, lanjutnya, mewakili harapan akan bumi yang layak huni dan menuntut merdeka dari krisis iklim. Aksi ini dilangsungkan dengan protokol kesehatan ketat yang hanya melibatkan 15 relawan.
Advertisement
Menurut Defrio, krisis iklim tidak hanya berdampak terhadap lingkungan tetapi juga ekonomi, kesehatan dan dampak sosial lainnya. Diperlukan upaya serius untuk keluar dari ancaman krisis iklim.
"Momen pemulihan krisis kesehatan pasca pandemi Covid-19 ini menjadi momentum Indonesia untuk bergerak ke arah yang lebih berkelanjutan, hijau dan responsif terhadap iklim. Berinvestasi dengan lebih serius dan kuat pada langkah transisi energi. Segera hentikan ketergantungan pada energi kotor dan membuka potensi besar energi bersih serta merencanakan kebijakan-kebijakan lain yang berfokus pada konservasi lingkungan," tutur dia.
Indonesia sudah menyatakan komitmennya untuk menurunkan emisi GRK dengan meratifikasi Perjanjian Paris menjaga kenaikan suhu bumi di bawah 1,5​°C​. Namun belum terlihat kebijakan yang secara signifikan mengarah pada pemenuhan komitmen tersebut.
Indonesia masih mengandalkan ekonomi ekstraktif yang menyebabkan kerusakan alam dan lingkungan yang membuat Indonesia menjadi salah satu penghasil emisi karbon terbesar dunia. Menunda perubahan sistemik pada seluruh sektor dan kebijakan hanya akan memperparah dampak yang ditimbulkan dari krisis iklim.
“Kami sangat khawatir warisan 100 tahun kemerdekaan Indonesia di 2045 nanti yang akan kami terima adalah kerusakan yang bertambah parah dan kepunahan. Padahal Indonesia punya pilihan untuk menjadi pemimpin dunia dalam melawan krisis iklim," tegas Defrio.
Aksi Sepatu ini dilaksanakan di dua kota besar, yakni Jakarta dan Jogjakarta. Khusus di Jogjakarta, aksi sepatu dilaksanakan di dua titik. Antara lain Monumen Jogja Kembali (MONJALI) dan Monumen Serangan 11 Maret di dekat titik nol Jogja. Aksi sepatu di Jogjakarta telah berjalan dengan lancar dengan bantuan donasi sepatu dari masyarakat sekitar.
Sebagai informasi, Extinction Rebellion (XR) Indonesia adalah gerakan non-partisan internasional yang menggunakan aksi damai tanpa kekerasan untuk mendorong pemerintah dalam menanggulangi keadaan darurat iklim dan ekologi yang mengancam kesejahteraan dan seluruh kehidupan di bumi.
Advertisement