Tahun Lalu Kosong, Tahun Ini Larung Sesaji Bumi Sepi Pengunjung
Keinginan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Probolinggo menjadikan even larung sesaji bumi dalam rangka peringatan 1 Suro sebagai destinasi wisata kurang mendapat perhatian masyarakat.
Terbukti, larung sesaji bumi yang digelar di kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai Indonesia (PPPI) Probolinggo, Sabtu, 15 September 2018 kemarin sepi pengunjung.
Bahkan, pada 2017 lalu, larung sesaji bumi batal digelar karena panitia mengaku, tidak mendapatkan bantuan dana (APBD) dari Disbudpar. Padahal biasanya, setiap tahun Pirukunan Purwo Ayu Mardi Utomo (PAMU) selaku penyelenggara selalu dibantu Disbudpar.
Tahun 2018 ini, larung sesaji bumi dalam rangka memperingati 1 Suro 1952 bertepatan dengan 1 Muharam 1440 H memang kembali digelar setelah tahun sebelumnya kosong. Hanya saja, animo wisatawan untuk menyaksikan larung sesaji tahun ini berkurang.
Advertisement
Hal itu terlihat, larung sesaji bumi hanya disaksikan sekitar 100 pengunjung. Itu pun termasuk jajaran Pemkot Probolinggo, kesyahbandaran, hingga polisi, termasuk para pengikut Perukunan PAMU.
Walikota Probolinggo Rukmini, juga Sekdakot Bambang Agus Suwignyo tidak datang. “Mohon maaf, Ibu Walikota dan Bapak Sekdakot tidak bisa datang, sehingga saya yang mewakili Pemkot Probolinggo,” ujar Sukam, Asisten Pemkot Probolinggo.
Larung sesaji bumi yang dipimpin Ketua P PAMU Probolinggo, Bambang Supriyono Suronoto (72) diawali dengan kirab sesaji terdiri di antaranya, kepala sapi, sayur mayur, buah-buahan, tebu, burung merpati, ayam, hingga pakaian anak-anak yang diruwat.
Mbah Guco, panggilan akrab Bambang Supriyono Suronoto kemudian memimpin doa dengan bahasa Arab (secara Islam) diakhiri doa berbahasa Jawa. Intinya, meminta kepada Tuhan agar masyarakat Probolinggo selamat termasuk warga nelayan. “Semoga warga Probolinggo, kota dan kabupaten senantiasa selamat, banyak rezekinya,” katanya.
Usai doa, sesaji yang diangkut dalam gethek (perahu dari bambu) ditarik ke tengah laut dengan kapal. Sesampai di laut lepas, sesaji bumi kemudian dilepas.
Sepinya even yang diharapkan jadi destinasi wisata itu diduga karena kurangnya publikasi. “Waktu saya jalan-jalan di pelabuhan perikanan, kok ada ramai-ramai ternyata ada larung sesaji bumi. Saya dengan teman-teman akhirnya menonton,” ujar Fira, warga Kelurahan Tisnonegaran, Kota Probolinggo. (isa)
Advertisement