Suryo Wiyono Kenalkan Pertanian Biointensif
Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Suryo Wiyono, mengenalkan konsep pertanian biointensif padi sebagai solusi untuk mengatasi berbagai tantangan dalam pertanian kepada petani, Sabtu 13 Januari 2024, di Desa Getas Kecamatan Cepu, Blora.
Hadir pada ngobrol bareng tersebut, perwakilan petani dari tiga kabupaten. Blora Jawa Tengah, Tuban dan Bojonegoro Jawa Timur. Mereka dikenalkan pertanian biointensif untuk menangani masalah menurunnya kualitas lahan, meningkatnya serangan hama dan penyakit, serta lonjakan harga pupuk dan pestisida.
Suryo Wiyono menjelaskan, pertanian biointensif padi adalah sistem produksi padi yang mengoptimalkan proses alami dan hayati untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan.
"Sistem ini didasarkan pada tiga teori pendukung, yaitu kompleksitas agroekosistem padi sawah, bio-imunisasi tanaman, dan keseimbangan hara-tanaman," jelas Suryo Wiyono.
Dikatakannya, strategi pertanian biointensif padi meliputi menyehatkan tanaman dan menyehatkan agroekosistem. Hal itu bisa dilakukan dengan meningkatkan faktor pendorong (supporting factors) dan mengurangi faktor pengganggu (disrupting factors).
Komponen teknologi pertanian biointensif padi ini, lanjut dia, meliputi pupuk organik cair, tanaman refugia, Azolla (sumber nitrogen), nutrisi khusus, aplikasi agens hayati pada saat musim tanam, bio-imunisasi benih dengan PGPR dan cendawan endofit, pengembalian jerami, optimasi pemupukan dengan reduksi 30-50% NPK, dan zeroing pestisida.
Suryo mengungkapkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa pertanian biointensif padi memberikan berbagai keuntungan. Seperti peningkatan kelimpahan predator, peningkatan kelimpahan mikrob tanah, peningkatan jumlah anakan produktif, penurunan populasi/tingkat serangan hama, penurunan keparahan penyakit, dan peningkatan produktivitas.
"Uji coba pertanian biointensif padi telah dilakukan di berbagai daerah, seperti Karawang, Subang, Indramayu, Tegal, Bojonegoro, Cepu, dan Gresik," ujarnya.
Hasilnya menunjukkan peningkatan produktivitas padi yang signifikan, pengurangan penggunaan pupuk NPK, dan penurunan serangan penyakit blas.
Lebih lanjut Suryo menjelaskan, pertanian biointensif padi merupakan pendekatan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas.
Sistem ini dapat mengurangi penggunaan pestisida secara drastis, mengurangi penggunaan pupuk kimia sintetik hingga 30-50%, dan meningkatkan produktivitas padi hingga 12-25%.
Oleh karena itu, lanjut dia, perlu dilakukan diseminasi yang masif untuk memperkenalkan pertanian biointensif padi kepada petani dan mendorong adopsi sistem ini secara luas. ***
Advertisement