Pikiran Manusia pun Terbatas

Oleh : Prof. Machmud Mustain
Guru Besar ITS Surabaya.
Satu sisi manusia mendapatkan amanah untuk menjadi kholifah di muka bumi dengan realita dibekali pikiran yang menjadi desainer revolusi dunia, tetapi di sisi lain sungguh pikiran tersebut sangat terbatas sekali.
Domain atau medan pemahaman logika yg tercakup dalam qudrotillah-sunnatullah (kekuasaan Allah dan ketetapan Allah) itu sangat kecil apabila dibandingkan dengan qudrotillah-sunnatullah secara keseluruhan. Perbandingan ini disebutkan dalam Al-Qur’an dalam jumlah yang sedikit (QS Al-Isro’: 85).
Apabila kita membayangkan bisa pergi ke luar gugus andromeda yang melingkupi galaksi bimasakti kita, maka bila bisa melihat bumi itu seperti satu debu yang berterbangan di seberkas sinar matahari yang menembus lobang atap dalam rumah kita.
Ilustrasi ini sangat masuk akal bila kita meyakini keberadaan alam semesta yang syahadah ini. Pemahaman ini sangat membantu bahwa keberadaan kita sebagai salah satu pribadi manusia yang ada di bumi ini hanya merupakan bagian kecil dari ciptaanNya, yakni bagian kecil dari debu kecil tersebut. Sehingga sangat masuk akal apabila ilmu yang diberikan oleh Allah SWT yang diwadahi dalam alam pikiran kita ini juga sangat kecil.
Keterbatasan yang Nyata
Bukti keterbatasan pikiran manusia adalah sangat banyak sekali, diantaranya yang tertulis dalam judul artikel ini.
Tentang gerak jantung misalkan, meskipun teori pembangkit energi yang menggerakkan jantung untuk memompa darah setinggi orang yang bolak-balik itu sudah bisa dijelaskan, yakni sistem kerja sel penggerak yang bahan bakarnya dari suplay oksigen pernapasan kita. Maka hal ini secara logika kasar tetep sulit dicerna.
Apalagi bagi pengidap hipertensi, sumber power tekanan tinggi bagi awam di bidang kimia-fisika dalam tubuh manusia masih juga tidak mudah menerima.
Kemudian tentang proses pertumbuhan tunas, dengan pengembangan ilmu rekayasa genetika sampai dengan kloning dan variasi modivikasi tanaman. Mungkin ada yang begitu mengistimewakan pikiran yang hampir bisa menyamai kekuasaan Tuhan dalam membuat mahluq bidup misalkan kloning binatang dan perbaikan hasil buah-buahan sesuai yang dikehendaki.
Kemudian tentang siklus air yang sekilas banyak orang bilang hujan buatan misalnya.
Hakekat yang terjadi, manusia hanya bisa memodifikasi kreasi Tuhan berupa misalkan Sikus kehidupan hewan termasuk manusia. Seperti janin/telur kemudian lahir/menetas, lalu membesar tua dan mati.
Misalkan kehidupan tumbuhan biji menjadi tunas, tunas menjadi pohon, pohon mati dan sisanya/bijinya menjadi tunas lagi.
Dalam hewan misalnya, manusia tidak akan bisa membuat siklus baru di luar siklus yang ada. Demikian juga pada siklus tumbuhan dan air, pikiran manusia tidak akan bisa membuat siklus air yang ada.
Manusia hanya bisa memodifikasi salah satu proses misalkan mempercepat kondensasi dengan nambahkan NaCl. Manusia hanya bisa memodifikasi tumbuhan yang menghasilkan rasa tertentu, atau membuat silang tumbuhan dari variasi-variasi tumbuhan yang ada. Adapun bukti keterbatasan yang lain, insyaAllah di lain kesempatan.
Alhasil, pikiran manusia sangat terbatas meskipun selama tiga revolusi yang terjadi adalah hasil olah pikir manusia. Satu catatan besar adalah ternyata menghasilkan ekses negatif yang belum bisa mencarikan solusinya. Hal ini hemat penulis sebab, alam pikiran belum mengkomunikasikan dengan alam keimanan dalam menentukan langkah revolusi.
Dengan demikian, revolusi ke depan yang disebut dengan revolusi paska-informasi harus ada aspek keimanan. Ini menjadi dasar pengambilan keputusan bagi manusia beragama, baik Muslim maupun non Muslim.
Semoga manfaat barokah selamat. Aaamiin.
Mekkah 24 Ramadan 1446
24 Maret 2025.
Advertisement