Khutbah Idul Fitri 1446 H/2025M: Menjaga Integritas Pribadi Berhati Bersih
Selama sebulan penuh kita berada di Madrasah Ramadan, sebuah kawah candradimuka untuk penempaan diri sebagai pembuktian ketaatan dan ketertundukan kita kepada Ilahi Rabbi.
Kini menyambut datangnya Hari Raya Idul Fitri, ngopibareng.id menghadirkan naskah Khutbah Idul Fitri 1446H/2025M.
Semoga bermanfaat!
Khutbah Pertama
الله أكبر الله أكبر الله أكبر -- الله أكبر الله أكبر الله أكبر -- الله أكبر الله أكبر الله أكبر
الحمد لله وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله وَحْـدَهُ لاَ شَـرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُـوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهْ. اَللَّهُمَّ صَّلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ابْنِ عَبْدِ اللهْ وَعَلَى
الِهِ وَأَصْـحَابِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَة
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ أُوصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَا اللهَ فَقْدْ فَازَ الْـمُتَّقُوْنَ. وَقَدْ قـَالَ اللهُ تَعاَلَى فِي الْـقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ: " وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ " (البقرة: 186) وقال النبي: "اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ اْلحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي)
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar wa Lilahil Hamd
Hadirin, Jamaah Shalat Id –rahimakumullah-
Marilah dalam kesempatan mengawali bulan Syawal 1446 H/2025 M ini, kita bersama-sama meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan senantiasa berusaha melaksanakan segala perintah-Nya dan terus berupaya meninggalkan larangan-Nya.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar wa Lilahil Hamd
Hadirin, Jamaah Shalat Id –rahimakumullah-
Hari ini seluruh semesta bertakbir, mengagungkan asma Allah SWT, dan pada saat yang sama kita mengakui akan kecilnya kita di hadapan Sang Maha Pencipta, seberapa tinggi kekuasaan dan jabatan kita. Di hari yang fitri ini, umat Islam seluruh dunia menyambutnya dengan penuh suka cita. Gema takbir mengumandang di seluruh jagad. Jutaan suara manusia, desiran ombak, tiupan angin, gerakan tetumbuhan, binatang, semuanya mengumandangkan takbir memuji kebesaran-Nya.
وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan hendaknya kamu bertakbir mengagungkan nama Allah atas hidayah yang diberikan padamu dan semoga kamu bersyukur (al-Baqarah: 185)
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar wa Lilahil Hamd.
Hadirin, Jamaah Shalat Id –rahimakumullah-
Alhamd lillah, selama sebulan penuh kita berada di Madrasah Ramadhan, sebuah kawah candradimuka untuk penempaan diri sebagai pembuktian ketaatan dan ketertundukan kita kepada Ilahi Rabbi. Hubungan hamba dengan Rabbnya, yang dimanifestisikan dalam komitmen menjalankan kewajiban. Puasa Ramadhan mengajarkan kedisiplinan soal waktu, mengajarkan kejujuran, mengajarkan keikhlasan, menghindarkan diri dari yang syubhat dan meragukan; membangun empati dan solidaritas kepada sesama, dengan komitmen berbagi untuk kebahagiaan bersama. Semua nilai-nilai luhur itu ditanamkan dengan pola pembiasaan, selama penuh satu bulan.
Hari ini kita masuk pada fase inaugurasi, hari raya Idul Fitri, menandai berakhirnya pelatihan diri. Jika dilakukan dengan penuh keimanan dam keikhlasan, maka dosa kita akan diampuni oleh Alah SWT. Dalam hadits yang sangat terkenal disebutkan :
من صام رمضان ايمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه. )رواه الشيخان (
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap Ridha Allah, dosanya yang telah lampau diampuni”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Jika telah diampuni, maka diri kita kembali kembali ke fitrah dan jati diri, jati diri kemanusiaan kita saat dilahirkan, sebagaimana dijelaskan dalam hadis lainnya:
فمن صامه وقامه إيماناً واحتسابا خرج من ذنوبه كيوم ولدته أمه (رواه النسائي)
“Barang siapa saja yang berpuasa dan qiyam Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap ridha Allah maka dia akan keluar seperti orang yang baru dilahirkan ibunya”.
Ini berarti orang tersebut kembali kepada fitrahnya. Inilah mengapa hari raya sesudah puasa disebut sebagai Idul Fitri, yang artinya kembali kepada fitrahnya atau kembali kepada kesuciannya, sebagaimana suci bayi. Kita berharap mudah-mudahan semua ibadah kita selama satu bulan itu diterima dan dicatat oleh Allah swt sebagai amal saleh dan ikhlas semata-mata karena Allah.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar wa Lilahil Hamd
Hadirin, Jamaah Shalat Id –rahimakumullah-
sungguhpun kita tunaikan secara baik, seluruh syarat rukunnya kita jaga, jika ternyata kita tidak menjaga lisan dan tindakan kita menyakiti sesama. Warning Nabi SAW:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan kotor, maka Allah SWT tidak butuh dia meninggalkan makan dan minum”.
Dalam praktik kehidupan keseharian kita, seringkali kehormatan dan keselamatan diri terletak pada kemampuannya dalam mengendalikan lisan. Dalam maqolah arab disebutkan:
سلامة الإنسان في حفظ اللسان
“Keselamatan manusia itu terdapat pada ia menjaga lisannya”.
Ini menunjukkan kepada kita bahawa ketika seseorang mampu menjaga lisannya dari perkataan yang tidak baik maka ia akan selamat, baik hidup di dunia maupun di akhirat, dan sebaliknya ketika seseorang tidak mampu menjaga lisannya dari perkataan yang tidak baik, maka hidupnya tidak akan selamat, baik hidup di dunia maupun hidup di akhirat.
Selain itu, Nabi Muhammad SAW bersabda :
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرًا أو ليصْمُت
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya katakanlah perkataan yang baik, atau lebih baik diam”.
dari perbuatan dosa itu seketika itu juga. (ii) menyesali perbuatannya; dan (iii) berkomitmen untuk tidak mengulangi lagi."
Sementara itu, jika kesalahan itu terhadap sesama manusia, maka di samping ketiga syarat di atas, harus ada syarat lain yang harus dipenuhi, yaitu membebaskan diri dari hak manusia yang dizalimi dengan cara, apabila menyangkut harta dengan cara mengembalikan harta tersebut atau meminta diikhlaskan; dan apabila menyangkut non-materi seperti memfitnah, melakukan ghibah, menipu, dan sejenisnya maka hendaknya meminta maaf kepada yang bersangkutan.
yang menjaga dirinya dari perkara-perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang terjatuh dalam perkara syubhat, maka ia telah jatuh dalam yang haram." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dalam memilih tindakan dan menghindari segala bentuk yang meragukan.
Dalam konteks konsumsi, jika ada ketidakjelasan mengenai status halal-haramnya, maka untuk kepentingan kehati-hatian, maka perlu dihindari hingga ada kejelasan halal-haramnya. Ketika kita menjadikan pusat kuliner menjadi salah satu destinasi untuk bersilaturrahmi, tempat bertemu dan menjamu sanak saudara, maka harus dipastikan pusat kuliner tersebut telah jelas kehalalannya.
Pada saat kita hendak memilih pusat jajanan atau restaurant untuk makan, sementara belum jelas halal-haramnya, belum ada tanda sertiikat halalnya, maka sudah seharusnya kita menghindarinya, sebagai upaya menjaga diri dari yang syubhat. Ini bagian dari sifat wara’ yang menjadi elemen penting dalam menjaga integritas diri, agar tidak terjerumus kepada yang dilarang.
Demikian juga dalam konteks tindakan, khususnya dalam hal penghukuman. Jika ada keraguan dalam memperoleh bukti apakah seseorang bersalah atau tidak, maka langkah yang hati-hati adalah mengambil jalan untuk memaafkan dan tidak menghukum. Tidak boleh memaksakan diri menghukum seseorang tanpa bukti yang meyakinkan. Ada kaedah hukum Islam yang dapat dijadikan panduan, yaitu:
الحدود تسقط بالشبهات
Hukum gugur karena sesuatu yang syubhat.
Hal ini didasarkan pada hadis nabi SAW
ادرؤوا الحدود بالشبهات عن المسلمين ما استطعتم فان وجدتم المسلم مخرجا فخلوا سبيله
Hindarilah hukuman-hukuman sebab adanya sesuatu yang syubhat (ketidakjelasan) dari orang-orang Islam semampumu. Apabila engkau menemui jalan keluar (selain hukuman), maka tempuhlan jalan itu.
Jika ada keraguan dalam pengumpulan bukti mengenai dugaan kesalahan, maka kita dilarang memaksakan diri untuk menghukum seseorang, hingga ada bukti-bukti valid yang menunjukkan kesalahannya. Bahkan, ketika ada kesalahan, sementara orang yang bersalah tersebut mengakui dan ada komitmen untuk melakukan perbaikan, maka sedapat mungkin mencari jalan keluar perbaikan tanpa harus dengan pendekatan penghukuman. Karenanya, kesalahan dalam memberikan permaafan lebah baik dari pada kesalahan dalam menjatuhkan hukuman, sebagaimana kaedah hukum Islam yang bersumber dari hadis nabi saw:
الخطأ في العفو خير من الخطأ في العقوبة
“Salah dalam memaafkan lebih baik dari pada salah dalam menghukum”
senantiasa memberikan kita kekuatan untuk menjaga integritas dan terus memperbaiki diri dalam setiap aspek kehidupan.
بَارَكَ اللهَ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ جَعَلَنَا اللهُ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah Kedua
الله أكبر الله أكبر الله أكبر -- الله أكبر الله أكبر الله أكبر - الله أكبر كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله الله أكبر
الحَمْدُ لِله الَّذِيْ أَحَلَّنَا هَذَا الْيَوْمَ الطَّعَامَ وَحَرَّمَ عَلَيْنَا فِيْهِ الصِّيَامَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا ِإلَهَ إِلاَّ اللهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، سَيّدُ الأَنَامْ.
والصَّلاَةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمّدٍ نَبِيِّ الْعَرَبِ وَاْلعَجَمِ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامِ،
أما بعد؛ فيَا عِبَادَ الله اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، فَأَكْثِرُوا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، وقال تعالى: إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهاَالَّذِيْنَ آمَنُوْآ صَلُّوْآ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا "
اللهم صل على سيد المرسلين وعلى أله وأصحابه والتابعين و تابعي التابعين و تابعيهم بإحسان إلى يوم الدين وارحمنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين
اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات يا قاضي الحاجات
تَحَصَّنَّا بِذي الْعِزَّةِ وَالْجَبَرُوْتِ وَاعْتَصَمْنَا بِرَبِّ الْمَلَكُوْتِ وَتَوَكَّلْنَا عَلىَ الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوْتُ ,اللهُمَّ اصْرِفْ عَنَّا هَذَا الْوَبَاءَ بِلُطْفِكَ ياَلطِيْفُ يَاخَبِيْرُإِنَّكَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العاَلمَيِنَ.
و السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
Penulis:
Prof KH M Asrorun Ni’am Sholeh, Ketua MUI Bidang FFatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
Sumber: mui.or.id
Advertisement