Dari Gaza Memaknai Puasa: Merajut Peradaban Berkeadilan di Tengah Reruntuhan
Di antara debu reruntuhan Gaza, tersembunyi mutiara Ramadhan yang paling berharga. Saat kita berpuasa menahan lapar 14 jam, saudara-saudara kita di sana mengajarkan makna sesungguhnya dari "la'allakum tattaqun" bahwa puasa sejati adalah sekolah untuk membangun peradaban yang berkeadilan.
Di bawah langit yang senantiasa dihujani bom, Gaza justru menumbuhkan kebun-kebun ilmu. Guru-guru mengajar dengan kapur dari batu hancur, dokter bedah bekerja dengan senter ponsel, dan anak-anak menghafal Al-Qur'an di tenda pengungsian.
Mereka sedang menulis sejarah baru bahwa peradaban tidak dibangun dengan beton, tapi dengan keteguhan hati. Seperti kata Sayyid Quthb: "Keadilan adalah pondasi peradaban, dan ketakwaan adalah fondasi keadilan."
Puasa kita di negeri yang aman seringkali hanya berhenti pada menahan lapar dan dahaga. Tapi Gaza mengajarkan bahwa puasa sejati adalah melatih diri menjadi pembangun keadilan. Ketika mereka berbagi sepotong kurma di tengah kelaparan, itulah tazkiyatun nafs yang sesungguhnya. Ketika mereka memaafkan walau luka masih menganga, itulah hakikat "kembali kepada fitrah".
Idul Fitri di Gaza mungkin tanpa baju baru dan hidangan mewah, tapi mereka merayakannya dengan cara paling mulia tetap mempertahankan martabat kemanusiaan.
Seorang ibu di Jabalia berkata: "Kami memaafkan bukan karena lupa, tapi karena ingin membangun masa depan untuk anak-anak kami." Inilah pelajaran terbesar: bahwa membangun peradaban dimulai dari kemampuan memaafkan, namun tidak melupakan keadilan.
Di hari kemenangan ini, mari kita tanyakan pada diri: Sudahkah puasa kita melahirkan kepedulian? Sudahkah taqwa kita melahirkan keadilan? Gaza mengingatkan kita, sebagaimana pesan Buya Hamka: "Iman tanpa amal adalah seperti pohon tanpa buah, indah dipandang tapi tak berguna."
Mari jadikan Idul Fitri tahun ini sebagai titik tolak untuk menjadi manusia baru, yang tidak hanya memikirkan kesalehan personal, tapi juga membangun kesalehan sosial. Karena sesungguhnya, peradaban berkeadilan itu dimulai dari diri kita yang berani mengambil hikmah dari setiap butir keringat dan tetes darah para pejuang kemanusiaan.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H. Mohon maaf lahir dan batin.
Oleh: Mirza Muttaqien selaku Direktu Utama PT Jatim Grha Utama
Advertisement