Martin, pria yang mengubah bisnis kopi Kolombia

Perkenalkan Jesus Martin, pria yang mengubah kancah perkopian Kolombia. Optimismenya bagai wabah menular dan menimbulkan kecanduan seperti kopi produksinya.
Pada pandangan pertama, lanhan pertaniannya tak tampak berbeda dengan tempat lain di daerah itu. Jalan setapak berkerikil, diapit pohon palem yang pendek dan semak-semak rimbun, mengarah ke sebuah rumah yang menghadap ke ratusan pohon kopi sepanjang lereng bukit. Daun-daunnya dihiasi dengan biji-biji yang berwarna cerah, mulai dari warna kuning cerah ke merah muda memudar, dan merah menyala.
Bagi mata telanjang, perkebunan ini tampak seperti yang lain. Tetapi tak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa perkebunan Jesus Martin sungguh berbeda.
Martin tumbuh seperti banyak orang lainnya di Lembah Santa Ana - yang dikenal sebagai segitiga kopi Kolombia- di sebidang lahan pertanian kopi milik ayah dan kakeknya.
"Saya anak termuda dari enam bersaudara dan kami semua bekerja di ladang," kata Martin. "Orangtua saya memfokuskan energi mereka untuk mengajari kami perdagangan komoditas pertanian, dan lebih dari itu yang diajarkannya adalah cinta di baliknya."
Terlepas dari dedikasinya terhadap kopi, toh dia juga mempelajari segala hal ihwal perdagangan: hukum dan bisnis manajemen.
Bagaimanapun, kopi tak pernah jauh darinya. Setiap berkunjung ke perkebunan keluarganya yang sederhana, aroma biji kopi kaya yang dipanggang dan harum kue wortel buatan ibunya membuat hatinya tersayat.
Kopi adalah hidupnya, dan pada 2004 setelah beberapa tahun praktik hukum, dia menemukan cara menyeduh pengetahuan hukum pendidikan bisnis dan garis hidup keluarganya ke dalam apa yang dia sebut sebagai 'proyek kopi impian.'
Meskipun membudi-dayakan biji kopi yang paling menimbulkan iri hati di dunia, sebagian besar warga Kolombia belum pernah mencicipi kopi Kolombia yang dikenal di seluruh dunia.
Yang mereka minum adalah apa yang mereka sebut sebagai 'kopi apkiran' yang terbuat dari biji kopi yang belum matang benar, yang gosong saat dipanggang atau bahkan tercampur serangga -dan bibit penyakit.
Seperti sebagian besar bisnis dui negara-negara yang mengalami kesulitan ekonomi, para petani hanya memetik keuntungan dari ekspor - jadi mereka menyisihkan produk terbaik mereka untuk negara yang membeli dengan harga lebih tinggi.
"Bertani kopi untuk mendapatkan laba sangat susah," jelas Martin, sambil memainkan sejumlah biji kopi di tangannya. "Makelar perdagangan, eksportir, pengolah, dan perusahaan-perusahaan multinasional adalah yang mendapatkan untung paling banyak dalam rantai perdagangan kopi.”
Advertisement