Biografi Andy Noya: Kisah Hidupku
Setelah agak lama vakum menulis resensi buku, saya hendak menggiatkan lagi kegemaran menuliskannya lagi. Kali ini, saya mau membahas sebuah buku biografi Andy Noya: ‘Kisah Hidupku’.
Membaca buku biografi memang sudah jadi ketertarikan saya sejak kecil. Bermula dari kegemaran membaca rubrik profil di majalah gaya hidup kesukaan Ibu. Pokoknya, semua tulisan yang berkaitan dengan tokoh, saya pasti suka. Enggak heran bila kini saya menggeluti jasa penulisan yang fokus pada biografi/memoar.
Oke, kembali lagi ke buku biografi Andy Noya. Layaknya biografi secara umum, buku yang ditulis oleh Robert Adhi KSP (wartawan senior Harian KOMPAS) ini mengisahkan cerita hidup Andy Noya sejak di masa kanak-kanak, remaja, dewasa muda, hingga masa sekarang ketika usianya hendak memasuki kepala enam. Meski nama Andy Noya cukup populer, tak banyak yang tahu bagaimana ia menghabiskan masa kecil secara nomaden. Berpindah dari Surabaya, Malang, Papua, hingga melabuhkan hidupnya di ibu kota. Mungkin, karena selama ini ia menjadi sosok yang lebih banyak mendengarkan kisah hidup orang lain, sebagaimana profesinya sebagai host talkshow Kick Andy. Sehingga tak ada ‘panggung’ khusus buatnya bercerita. Maka di buku ini, ia beberkan kisah hidup dengan berbagai kejutan tak terduga.
Saya tergelak dengan berbagai pengalaman Andy di masa kecil yang ternyata badung dan senang menjahili kakak maupun temannya. Masa di sekolah dasar yang pernah membuatya stress karena kerap dipandang remeh oleh teman-temannya. Maklum, Andy bersekolah di SD favorit yang mayoritas muridnya datang dari keluarga berada. Sedangkan Andy sendiri anak keluarga sederhana. Ibunya bekerja sebagai kasir restoran dan menerima jasa menjahit di waktu luang. Sedangkan sang Ayah, hanya seorang teknisi mesin ketik.
Kehidupan yang terlampau sederhana itulah yang membuat orangtuanya acapkali membawa Andy hidup berpindah-indah, dari rumah kontrakan kecil yang satu ke tempat lainnya. Tinggal di rumah mungil sudah menjadi hal biasa bagi Andy kecil. Bahkan, ia dan keluarganya pernah tinggal di sebuah kamar dan garasi!
Andy bertumbuh dengan berbagai kesulitan keluarga seperti hal finansial yang sangat terbatas, tempat tinggal tak layak, dan perpisahan kedua orangtuanya. Namun, berbagai onak duri itu tak lantas menyusutkan keceriaan masa kecil maupun talentanya di bidang tulis menulis dan menggambar. Dibantu salah seorang gurunya, Andy menemukan lentera jiwa di bidang tulis menulis yang kemudian mengantarkannya kepada satu cita-cita besar di kemudian hari: menjadi wartawan. Cita-cita itu akhirnya terwujud sempurna.
Jati diri Andy terlatih dengan baik sebagai seorang jurnalis profesional, jauh sebelum dirinya terkenal sebagai host Kick Andy. Insting wartawan telah tertempa di berbagai media, mulai dari Tempo, Harian Prioritas, Bisnis Indonesia, Majalah Matra, Media Indonesia, hingga Metro TV.
Sebetulnya, pengalaman Andy sebagai wartawan berlangsung mulus. Tidak semencengangkan wartawan yang harus meregang nyawa selagi meliput perang di daerah konflik ataupun semengharukan wartawan yang hidup serbaterbatas di daerah terpencil. Karier Andy sebagai wartawan terbilang mulus bahkan melesat cepat. Dengan kemampuan menulis dan leadership yang baik, Andy mampu mencapai posisi tertinggi di level pemimpin redaksi di usia yang masih amat muda: 39 tahun.
Beberapa cerita membuat saya berdecak kagum atas kemampuan Andy mengatasi berbagai kepelikan politik kantor yang kompleks. Ia pimpin anak buahnya di jajaran redaksi dengan kejujuran, keberanian, dan sikap demokratis. Saya juga tergelak mengetahui betapa awet dan kocaknya jalinan persahabatan antara atasan dan anak buah, yakni dirinya dan Surya Paloh, pemilik Media Group (Media Indonesia, METRO TV, dan Media Event Organizer).
Robert Adhi, si penulis, menunjukkan benar kualitas dan kelasnya sebagai wartawan senior. Dengan gaya penulisan yang mengalir lancar, straight to the point, dan sistematis, segenap kisah hidup Andy Noya tersaji dalam sebuah paket lengkap yang terasa ‘lezat’ dinikmati. Kisah hidup Andy Noya ia suguhkan menggunakan Point of View (POV) orang pertama, disertai bahasa yang santai, mudah dipahami, tak menggurui, dengan tetap menyertakan aroma jurnalisme . Robert pun kini menjad penulis biografi favorit, setelah sekian lama saya mengidolakan seorang penulis wanita yang seiring waktu semakin menurun kualitasnya.
Oh iya, membaca biografi Andy Noya membuat saya merasa makin bangga pernah menggeluti profesi wartawan. Sebuah pekerjaan yang memperkaya wawasan, makna hidup, dan memperluas relasi. :”)
Ini bacaan bagus yang memuat nilai-nilai luhur dan pesan positif. A very worth reading!
*Tulisan ini bisa pula dibaca di blog: https://rizkachika.wordpress.com/2018/04/10/biografi-andy-noya-kisah-hidupku/
Advertisement