Waspadai, Buku-Buku PKI Yang Terlarang, Beredar Luas
Banyak buku “kiri” terbitan para simpatisan PKI, masih banyak yang beredar luas. Tak hanya dijual di toko-toko buku. Tapi juga dijajakan secara online.
Buku yang dijual bebas itu,misalnya karya D.N. Aidit, Kobarkan Semangat Banteng, Maju Terus Pantang Mundur. Selain itu juga Menempuh Jalan Rakyat.
Sejumlah pengamat menduga, para kader PKI dan simpatisannya, “berkomunikasi” lewat buku-buku yang mereka terbitkan. Masyarakat dihimbau waspada, utamanya generasi muda.
Sejumlah buku terlarang itu bahkan dijual bebas di online. Namun ketika G-30-S PKI kian memanas, iklan buku PKI secara online itu, menghilang. Mungkin dihapus oleh usernya.
“Yang tak habis piker, bila itu buku-buku terlarang, kenapa bisa dijual bebas ya. Kayaknya terjadi pembiaran ,” ujar Unik, seorang pengunjung toko buku di Surabaya tadi malam.
Dari sekian buku yang dilarang beredar, tapi laris di pasaran, utamanya buku-buku karangan Pramoedya Ananta Toer seperti Bumi Manusia, Rumah Kaca dan banyak lagi. Selain itu buku-buku laris lainnya karangan D.N Aidit.
Advertisement
Pramoedya, kelahiran Blora tahun 1925 itu, pernah ditahan selama 3 tahun pada masa kolonial dan 1 tahun pada masa Orde Lama, selama masa Orde Baru. Pramoedya merasakan 14 tahun ditahan sebagai tahanan politik (13 Oktober 1965 – Juli 1969, Juli 1969 – 16 Agustus 1969 di Pulau Nusakambangan, Agustus 1969 – 12 November 1979 di Pulau Buru, November – 21 Desember 1979 di Magelang).
Ia dilarang menulis selama masa penahanannya di Pulau Buru. Namun tetap mengatur untuk menulis serial karya terkenalnya yang berjudul Bumi Manusia, serial 4 kronik novel semi-fiksi sejarah Indonesia. Tokoh utamanya Minke, bangsawan kecil Jawa, dicerminkan pada pengalaman RM Tirto Adisuryo seorang tokoh pergerakkan pada zaman kolonial yang mendirikan organisasi Sarekat Priyayi dan diakui oleh Pramoedya sebagai organisasi nasional pertama.
Jilid pertamanya dibawakan secara oral pada para kawan sepenjaranya, dan sisanya diselundupkan ke luar negeri untuk dikoleksi pengarang Australia dan kemudian diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Indonesia.
Pramoedya dibebaskan dari tahanan pada 21 Desember 1979 dan mendapatkan surat pembebasan secara hukum tidak bersalah dan tidak terlibat Gerakan 30 September, tetapi masih dikenakan tahanan rumah di Jakarta hingga 1992, serta tahanan kota dan tahanan negara hingga 1999, dan juga wajib lapor satu kali seminggu ke Kodim Jakarta Timur selama kurang lebih 2 tahun.
Selama masa Pramoedya juga menulis Gadis Pantai, novel semi-fiksi lainnya berdasarkan pengalaman neneknya sendiri. Ia juga menulis Nyanyi Sunyi Seorang Bisu (1995), otobiografi berdasarkan tulisan yang ditulisnya untuk putrinya namun tak diizinkan untuk dikirimkan, dan Arus Balik (1995). Edisi lengkap Nyanyi Sunyi Seorang Bisu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Willem Samuels, diterbitkan di Indonesia oleh Hasta Mitra bekerja sama dengan Yayasan Lontar pada 1999 dengan judul The Mute's Soliloquy: A Memoir
Menjelang peringatan G-30-S PKI pada 30 September 2017 nanti, buku-buku Pram, kembali banyak dicari. (dmr)
Advertisement