Tradisi Damar Kurung, Tak Sekedar Lentera Penerang Kubur (Bagian 2)
Gresik mempunyai tradisi unik saat jelang dan masuk Ramadan. Tradisi itu adalah tradisi menyalakan damar kurung. Tokohnya adalah Masmundari. Namun Masmundari, tradisi damar kurung, dijalankan oleh anak tunggal dan cucu Masmundari.
Berbeda dengan Masmundari damar kurung yang dijual merupakan reduplikasi damar kurung yang sudah pernah dibuat Masmundari dengan bahan printing, bukan lukisan tangan.
Beruntung ada Novan Effendi. Pria lajang yang lahir dan besar di Gresik ini, awalnya tak terlalu menaruh minat terhadap damar kurung. Setelah lulus kuliah jurusan disain grafis di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya 2011 lalu, dia kemudian mencoba untuk berwirausaha. Pilihannya adalah membuka wirausaha yang memproduksi suvenir.
āSaat itu, saya mulai riset-riset, kira-kira tema-tema apa yang asli Gresik yang bisa digunakan untuk suvenir. Pilihan kemudian jatuh pada damar kurung,ā kata Novan.
Advertisement
Tak sekedar mencari tema, dari hasil riset kecil-kecilan yang dilakukan Novan, dia juga mengetahui jika tradisi damar kurung di Gresik mulai meredup pasca meninggalnya Masmundari. Dia pun berinisiatif untuk menghidupkan kembali tradisi damar kurung. Caranya, dengan mengadakan festival damar kurung. Langkah pertama yang ia lakukan adalah bertemu dengan keluarga Masmundari untuk meminta izin mengadakan festival damar kurung.
Festival pertama pun tergelar pertama kali pada 2011 lalu. Sejak saat itu, setiap tahun Novan rajin mengadakan festival damar kurung setiap ramadhan. Hingga kini, sudah enam kali festival damar kurung yang sudah diadakan Novan. Duit pribadi sekitar Rp 75 juta pun terkuras untuk adakan festival dari tahun ke tahun.
āBelajar dari enam kali festival, ternyata capek juga jika harus adakan setiap tahun, karena persiapan terlalu mepet,ā kata dia.
Makanya dia sekarang sedang mengodok konsep acara yang akan dibuat binnale. Berbeda dengan festival binnale ini akan diadakan setiap dua tahun sekali dengan skala yang lebih besar.
Kerja keras dari enam festival yang ia laksanakan, setidaknya Novan sudah mulai melihat hasilnya. Setiap kali festival, Novan mengklaim pengunjungnya selalu ramai berdatangan. Selain itu, karya damar kurung yang dipamerkan jumlahnya bisa ratusan.
Dari sisi ekonomi, industri kreatif juga mulai bermunculan, misalnya kerajinan gantungan kunci replika damar kurung, jilbab damar kurung atau suvenir lainnya yang berbau damar kurung.
Tak hanya itu, sejak festival yang kedua, animo mahasiswa dan peneliti untuk melakukan riset soal damar kurung juga jadi bergairah. Sejarah soal damar kurung pelan-pelan mulai dipelajari. Karena dalam festival, tak hanya masyarakat umum saja yang diundang, tapi juga kolektor dan peneliti damar kurung juga datang.
Dari hasil festival itu, Novan juga mulai sedikit melek dengan damar kurung. Berdasarkan penelitian dari Jacob Sumardjo, Primadi Tabrani dan Ika Ismurdyahwati, ketiganya adalah dosen seni rupa Institut Teknologi Bandung (ITB), damar kurung ternyata masih berkaitan erat dengan tradisi peninggalan kerajaan Hindu-Budha. (bersambung)
Advertisement