Rasulullah pun Menyanyi? Ini Renungan Lebaran Gus Ghofur Maimoen
Idul Fitri, seperti halnya Idul Adha, adalah saatnya umat Islam berbahagia. Di hari suci yang merupakan kemenangan umat Islam ini, tidak boleh ada umat Islam yang kekurangan. Semua harus tercukupi sandang dan pangannya. Makan yang cukup lezat dan pakaian yang bagus.
Demikian renungan KH Abdul Ghofur Maimoen, Pengasuh Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang. Berikut pesan-pesan kebaikan kiai muda putra Kiai Maimoen Zubair, almaghfurlah:
“Cukupi mereka (orang-orang miskin) dari meminta-minta di hari ini (idul fitri),” kata Baginda Rasul S.a.w. dalam sebuah riwayat Ibn Umar melalui jalur Abi Ma’syar yang banyak didhaifkan oleh para ulama kritikus sanad.(HR. Al-Baihaqī dalam As-Sunan al-Kurbā 4/292; Ad-Dāruquthnī dalam As-Sunan 3/89. Lihat juga: Ibn al-Mulaqqin dalam Al-Badr al-Munīr 5/620-621).
Pesan agar semua umat Islam berbagia di hari raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha tampak jelas dalam cerita Ibunda Aisyah Radhiyallahu anha (Ra) berikut ini yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhārī:
Advertisement
Rasulullah SAW. masuk rumah saat saya bersama dua jariyah (wanita remaja atau di usia pubertas) yang sedang menyanyikan lagu-lagu “Buats”
(Buats adalah nama satu daerah --kira-kira dua malam perjalanan dari Madinah-- tempat terjadi peperangan antara dua kabilah besar di Madinah, Aus dan Khazraj. Perang yang banyak memakan korban ini terjadi tiga tahun sebelum hijrah Nabi).
Nabi lalu tiduran miring (berbaring pada lambungnya) di atas pembaringan dan memalingkan mukanya. Masuklah Abu Bakar, lalu menghardikku:
“Seruling Syetan di sisi Nabi SAW.?” kata beliau.
Rasulullah SAW. menghadap kepadanya lalu berkata:
“Biarkan keduanya (bernyanyi)”
(Dalam Shaḥīḥ Ibn Ḥibbān 13/180 ada penambahan: “Sesungguhnya ini adalah hari-hari raya dan itu adalah hari-hari Mina”)
Saat ia (Abu Bakr) lengah (karena sedang berbicara dengan Baginda Nabi) saya memberi isyarat kepada mereka berdua, lalu keduanya keluar.(Meski diizinkan oleh Baginda Rasul Saw., Ibunda Aisyah ingin menghormati ayahandanya, Sayyidina Abu Bakr. Maka, disuruhnya dua jariyah itu keluar).
Hari itu adalah hari lebaran. Orang-orang Sudan bermain-main dengan perisai dan tombak. (Saya ragu) apakah saya yang meminta, atau Baginda Nabi yang menawari: “Kamu ingin melihatnya?” lalu saya mengiyakannya. Nabi Muhammad SAW. menempatkan diriku berdiri di belakangnya. Pipiku menempel di pipinya.
“Teruskan bermain wahabi Bani Arfida!” kata Baginda Rasul S.a.w.
Saat saya bosan, (baru) Rasulullah berkata:
“Cukup (Wahai Aisyah?)”
“Iya” kataku
“Kamu bisa pergi ..” kata beliau.
Namun begitu, tidak selamanya kita bisa menjalani Idul Fitri dengan kebahagian. Idul Fitri kali ini bebarengan dengan ujian Tuhan, virus Covid-19. Banyak yang tak bahagia, atau mungkin kurang bahagia. Suasana meriah yang biasa kita jalani setiap Idul Fitri tak lagi tampak. Beberapa riwayat berikut barangkali bisa menghibur diri kita, sekaligus bisa memberi makna lain Idul Fitri:
Advertisement
- Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA. makan roti yang keras di Hari Raya, lalu disampaikan kepadanya:
“Wahai Amirul Mukminin, di Hari Raya makan roti keras?”
Sayyidina Ali berkata:
“Hari ini adalah Hari Raya bagi mereka yang diterima puasa dan ibadahnya; dan Hari Raya bagi dia yang diampuni dosanya, mendapatkan pujian-terimakasih atas upaya-upayanya, dan diterima amal baiknya. Hari ini bagi kami adalah Hari Raya, besok juga Hari Raya. Hari apapun kita tidak bermaksiat kepada Allah adalah Hari Raya bagi kami.” (Ibrahim Muhammad al-Jamal, dalam Al-Khuthbah Al-‘Ashriyyah). Wallāhu A’lam
- Hasan Al-Bashrī berkata: “Hari apapun dimana tidak bermaksiat kepada Allah adalah Hari Raya; Hari apapun seorang mukmin mengisinya dengan taat, dzikir, dan syukur kepada Tuannya SWT. adalah Hari Raya baginya.” (Ibn Rajab al-Ḥambali, dalam Lathāif al-Ma’ārif. Al-Maktabah Asy-Syāmilah)
- Pada suatu hari lebaran, putri-putri Umar bin Abdul Aziz berkata kepadanya:
“Besok adalah Hari Raya, dan kami tak memiliki baju baru.”
“Wahai putri-putriku,” kata Umar bin Abdul Aziz, “Hari Raya bukan bagi mereka yang memakai baju baru, Hari Raya adalah bagi mereka yang takut hari ancaman. (Dr. Tahsīn Ali Syirwānī – الشيرواني dalam Alf Qishshah wa Qishshah). Wallāhu A’lam
Anas bin Mālik berkata: “Orang Mukmin memiliki lima hari raya, pertama: hari apapun yang ia lewati tanpa ada catatan dosa adalah Hari Raya; kedua: hari di mana ia keluar dari dunia ini dengan iman, syahādah, dan dijaga dari tipu daya syetan adalah Hari Raya; ketiga: hari dimana ia dapat melewati titian (Ash-shirāth), aman dari hiruk-pikuk hari kiamat, dan selamat dari musuh-musuh dan Malaikat Zabbaniyah adalah Hari Raya; keempat: hari dimana dia masuk sorga dan selamat dari Neraka Jahim adalah Hari Raya; kelima: hari dimana dia melihat Tuhannya adalah Hari Raya. (Utsman al-Khuwairī dalam Durrah An-Nāshiḥīn).
Sugeng Riyadi, Selamat Hari Raya Idul Fitri
Ngaturake Sedanten Kalepatan .. Mohon Maaf Lahir dan Batin
Abdul Ghofur Maimoen & Keluarga
Advertisement