Hanya 10 Persen, Pemanfaatan Literasi Digital untuk Pendidikan
Momen Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada Kamis, 2 Mei 2019 dijadikan Istisha Nur Amanah, peneliti bidang Antropologi untuk memaparkan hasil riset pemanfaatan literasi digital di kalangan pelajar dan guru SMA/K di Surabaya.
"Dari hasil riset yang saya lakukan menunjukan penggunaan internet oleh pelajar didominasi untuk mengakses media sosial sebanyak 78%. Sementara pelajar yang langsung mengakses internet untuk belajar hanya 10%," papar peneliti lulusan Universitas Airlangga ini.
Menurut Isti, sapaan akrabnya, dari sisi antropologi hal ini terjadi karena perkembangan internet menjadi bagian dari kehidupan manusia. Dalam ilmu antropologi , ujar Isti, memang ada teori stimulasi, dorongan dan respons. Dari proses pembelajaran tersebut, internet semakin banyak digunakan. Bahkan, menurutnya literasi digital juga harus ada dalam literasi buku bacaan.
"Namun, dunia pendidikan sekarang mengharuskan pelajar dan guru untuk mengumpulkan informasi, menganalisis dan mengevaluasi sumber-sumber pembelajaran dari media digital," kata Isti.
Advertisement
Isti menyarankan, untuk memfilter arus informasi digital pada pelajar atau generasi milenial. Peran keluarga dan budaya sangat penting untuk mengkontrol hal tersebut.
Ia menjelaskan, pembatasan penggunaan teknologi memang tidak bisa dilakukan secara langsung. Tapi, hal-hal kecil yang dimulai dari kebiasaan setiap hari dalam keluarga dapat menjadi kebiasaan untuk anak nantinya.
"Intinya dari pembudayaan dalam suatu keluarga, kemudian anak bisa melakukan pembatasan sendiri. Tidak hanya di dalam rumah, tetapi ketika di luar rumah bisa membentengi diri sendiri, karena sudah dibiasakan,” jelas Isti.
Isti menyadari, penggunaan intetnet bagi pelajar dan guru memang sangat membantu proses belajar mengajar untuk mendapatkan informasi lebih cepat.
Untuk itu pemakaian secara bijak dan pengawasan orangtua menjadi hal penting agar terhindar dari bahaya buruk teknologi digital.
"Karena, kalau manusia sendiri tidak bisa mengikuti perkembangan justru akan tertinggal, sehingga dengan adanya internet ini antropologi sangat mendukung karena dengan perkembangan yang semakin maju, manusia juga akan semakin maju,” ungkapnya.
Selain itu, dari hasil riset tersebut didapatkan hasil bahwa informasi di dalam buku jarang diperbarui. Justru internetlah yang sering diperbarui, sehingga memudahkan seseorang untuk mengakses informasi yang benar-benar baru serta penulis dan lembaganya sudah terverifikasi. (pts)
"Karena, kalau manusia sendiri tidak bisa mengikuti perkembangan justru akan tertinggal, sehingga dengan adanya internet ini antropologi sangat mendukung karena dengan perkembangan yang semakin maju, manusia juga akan semakin maju,” ungkap Istisha Nur Amanah.
Advertisement