Pecut Samandiman Kediri Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19
Pelaku kesenian pecut tradisional khas Kota Kediri Jawa timur vakum tidak ada kegiatan pentas selama empat bulan terakhir. Akibatnya, mereka kehilangan mata pencaharian dari pentas seni pecut. Masa panen yang sering muncul pada Suro dan perayaan kemerdekaan di Agustus terancam hangus lantaran pandemi. Seniman pun hanya bisa berharap sambil bertahan, berlatih bersama agar badan tetap lentur bergerak.
Pada kondisi normal, bulan Suro dan peringatan kemerdekaan menjadi masa panen bagi mereka. Tahun lalu, setiap mendekati perayaan kemerdekaan serta bulan Suro, mereka mendapat tawarakan pentas sedikitnya sekali dalam sepekan. "Orang seniman hari ini, bagaimana bisa menghidupi keluarganya. Kami betul betul merasakan mandek, " kata Ketua Mohammad Hanif ketua Pecut Samandiman Kota Kediri.
Selain pentas lokalan di sekitaran wilayah Kediri, biasanya para pelaku seni pecut sering diajak oleh pemerintah kota untuk mengikuti even di luar daerah, mereka didaulat sebagai duta seni. "Ya pentas lokalan, kadang di luar daerah. Kebetulan kalau ada pemerintah lagi ada kegiatan di luar, kami mengikuti sebagai duta seni ke Jakarta, Bali, Banyuwangi, bahkan luar Pulau Jawa sekali pun, kalau sekarang mati total ," kata pria yang memiliki usaha sampingan pengepul rosok.
Namun kini, semua itu terancam hilang. Ia juga mengeluhkan badan yang terasa kaku lantaran tak ada kegiatan selama empat bulan vakum. Ia mengingat, terakhir kali Pecut Samandiman tampil yaitu pada saat pergelaran pentas 1.000 pemecut yang diikuti dari berbagai daerah. Kegiatan waktu itu dilaksanakan di kampung pecut di Kelurahan Kemasan Kota Kediri.
Terbesit inisiatif dari sejumlah anggota untuk menggelar latihan. "Tangan terasa kaku, digerakkan dulu biar lemas. Ini kan sama dengan olah raga," katanya. Hingga lokasi wisata Goa Selomangkleng pun dipilih untuk latihan karena tempatnya luas rindang asri nan sejuk. "Tempatnya luas sejuk, bisa untuk kegiatan olah raga melatih fisik, serta pemandanganya enak "kata dia.
Saat itu, ada sekitar 40 orang yang mengikuti latihan. Karena masih masa pandemi, latihan dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan, memakai masker dan sebelum latihan diwajibkan untuk mencuci tangan di tempat yang sudah disediakan. Para pelaku seni pecut ini tidak hanya diikuti oleh pria dewasa, melainkan juga para remaja, pelajar, serta Ibu rumah tangga. Hanya latihan yang bisa dilakukan sambil tak putus berharap tawaran pentas akan segera datang.