Awas Self Diagnosis, Justru Malah Membahayakan
Mendiagnosis diri sendiri atau menduga dirinya mengalami masalah kejiwaan, kerap dilakukan generasi milenial saat ini. Fenomena ini disebut self diagnosis.
Self diagnosis banyak dilakukan dengan bantuan beberapa akun media sosial yang memberikan informasi mengenai gejala penyakit apa yang sedang Anda alami. Termasuk masalah depresi dan kecemasan berlebih.
Menurut Reisqita Vadika, M.Psi, psikolog klinis SDM dari Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya, mendiagnosis diri sendìri dapat menimbulkan dampak buruk bagi diri sendiri dan orang lain.
Reisqita mengatakan, hal ini lantaran apa yang dikatakan pada diri sendiri memiliki power yang besar.
"Seseorang yang self diagnosis, secara tidak langsung akan melabel dirinya dengan kondisi yang tidak sehat tanpa benar-benar tahu yang sebenarnya terjadi pada dirinya," ujar Reisqita, Selasa, 21 Januari 2020.
Reisqita mencontohkan, misalnya menyimpulkan 'aku ini depresi' hanya berdasarkan penggalan artikel, padahal belum tentu.
"Hal inilah yang dapat memicu munculnya kondisi yang lebih parah," tandasnya.
Dampak buruk lain yang disebabkan oleh self diagnosis, kata Resiqita adalah menimbulkan kesalaha diagnosis. Kesalahan diagnosis akan berimbas pada kesalahan penanganan dan akhirnya malah memperburuk keadaan.
"Misalnya seperti ini, sebelum dia melakukan self diagnosis suasana hatinya memang sedih. Tapi masih bisa beraktivitas. Nah, setelah melakukan self diagnosis, dia akan berpikir 'ternyata aku ini depresi' kemudian ini akan mempengaruhi sikap dan perilakunya," Reisqita mencontohkan.
"Bagus kalau misalnya setelah merasa dirinya depresi, lalu dia berpikir langsung mencari bantuan dan mendapat penanganan. Tapi kalau dia malah over thinking atau cemas sendiri, ini yang justru malah bahaya," lanjutnya.
Untuk langkah pencegahan, ungkap Reisqita, adalah belajar untuk mengkritisi suatu informasi, sama seperti memerangi hoaks (berita bohong).
Tambahnya, masyarakat harus mengetahui siapa yang menulis, sumbernya dari mana, terpercaya atau tidak.
"Jangan gampang percaya pada suatu informasi. Sebab ketika kita merasakan ketidaknyamanan fisik maupun mental, yang utama kita butuhkan adalah diagnosis yang tepat supaya nanti penanganannya juga tepat," tutupnya.
Advertisement