Sejak tahun lalu Qualcomm dkk seperti naik roller coaster. Saham mereka terguncang-guncang oleh twitter Trump. Kadang harga sahamnya jatuh sampai 7 persen. Kadang naik lagi 3 persen. Turun lagi dan naik lagi. Perusahaan-perusahaan teknologi tinggi AS itu dibuat babak belur oleh presidennya sendiri. Kalau saja ada orang tahu Trump akan bicara apa di twitter ia bisa kaya raya. Mendadak. Tidak harus berkeringat. Borong saham saat harga jatuh. Tahan dulu. Tunggu twitter berikutnya. Yang kadang memberi harapan. Yang sering juga harapan palsu. Lalu, apa hasil G20 Osaka? Trump mendapat banyak pujian. Hanya itu. Hasil lainnya tenggelam di balik teater Trump. Seperti tahun lalu juga. Saat G20 dilaksanakan di Argentina. Total tenggelam oleh panggung Trump. Panggung itu berlanjut sehari kemudian. Hanya settingnya yang berubah: Korea. Hebatnya Trump hanya menggunakan Twitter. Untuk mengundang pemimpin Korut, Kim Jong-Un. "Saya tahu Kim Jong-Un mengikuti twitter saya," ujar Trump pada media internasional. Yang jadi sumber tulisan ini. Isi twitter itu adalah: harapannya untuk bisa bertemu Kim Jong-Un di Pamunjom. Di garis perbatasan Korea Utara dan Selatan. Ternyata benar-benar kejadian. Trump bertemu Kim. Trump berdiri di selatan garis. Kim berdiri di utara garis. Garis itu terbuat dari beton. Mirip slop bangunan. Adegan berikutnya anda sudah tahu: keduanya bersalaman. Dengan raut wajah seperti kangen. Setelah pertemuan kedua yang cuget-cugetan di Vietnam Februari lalu. Saat bersalaman itulah tiba-tiba Kim mengundang Trump untuk melangkahi penanda batas. Jadilah Trump secara resmi disebut sudah pernah datang ke Korea Utara. Di sini Presiden Xi Jinping bisa dibilang menang. Minggu lalu ia ke Pyongyang. Xi menyatakan tetap akan menjadi sahabat Korut. Juga akan membantu penuh pembangunan ekonominya. Dengan cara berusaha mencabut sanksi internasional. Juga akan mendorong Amerika untuk mau kembali bertemu Kim. Harapan Kim sangat besar. Agar sanksi itu dicabut. Ia bisa menerima kalau pencabutannya bertahap. Asal tahapan itu bisa segera dilakukan. Kim merasa sudah melakukan banyak langkah menuju pengakhiran senjata nuklir. Tentu tidak bisa sekaligus. Tapi mbok ya sanksinya juga diperingan. Misalnya: mulai boleh ekspor batubara. Itulah kondisi yang bisa saya serap saat ke Korut tahun lalu. Yang saya juga sampai di Pamunjom. Untuk kedua kalinya.Trump pun memberikan harapan itu. Tinggal kita tunggu apakah kedelainya tidak keburu menjadi tempe. Siapa yang kalah? Tentu para penggemar perang. Terutama yang di lingkungan Trump. Mereka sangat tidak suka dengan langkah baru Trump ini. John Bolton, misalnya. Penasehat keamanan nasional Trump itu. Minggu lalu itu ia 'kalah' dua kali. Kalah di Korea Utara. Kalah pula di Iran. Hanya di Iran Bolton dapat hadiah hiburan. Amerika menjatuhkan sanksi baru: memblokir seluruh aset Ayatullah Khamenei di Amerika. Emangnya Ayatullah Khamenei punya aset di Amerika? Bahkan apakah ia punya aset? Itu tidak penting. Namanya hiburan. Komentar Ayatullah sendiri tidak ganas. "Amerika memang mengajak kami berunding," ujarnya seperti dikatakan Menlunya.Tapi, katanya, apakah itu bisa disebut berunding. Kalau Amerika sambil memegang senjata terbaiknya. Dan kami tidak boleh membawa senjata apa pun. Teater Trump masih belum mendekati The End. Setidaknya sampai incumbent itu menang lagi. (dahlan iskan) Donald Trump G20 Xi Jinping Huawei Iran