Ia menjelaskan, lomba kolintang yang sudah enam kali ini, diselenggarakan tepat pada Hari Kartini. Hal tersebut dimaksudkan agar selalu mengingat perjuangan R.A Kartini."Perjuangan R.A. Kartini yang luar biasa tersebut harus diteruskan oleh Kartini zaman sekarang. Salah satunya melalui melestarikan budaya lokal,"jelasnya. Menurutnya, R.A. Kartini adalah pejuang emansipasi yang memiliki cara pikir yang maju. Wujud pemikiran maju adalah dengan berjuang mengangkat derajat wanita Indonesia. "Sampai saat ini, semangat juangnya tetap relevan dan menjadi fenomena,"ungkapnya. Ketua BKOW Jatim itu menambahkan, pelaksanaan lomba kolintang sebenarnya mengalami kendala diantaranya keberlangsungan grup kolintang yang tergantung dari dukungan pimpinan SKPD. Khusunya dalam hal dukungan materiil dan terjadinya mobilisasi pemain kolintang yang notabene kebanyakan adalah istri TNI, POLRI maupun PNS sehingga kadang pindah karena mengikuti kerja pasangannya. Kendala lainnya adalah saat membentuk grup relatif sulit karena butuh waktu yang panjang, keseriusan dan bakat. Keahlian dalam memainkan kolintang bukanlah keahlian instan dimana membutuhkan keseriusan untuk menguasainya. Meskipun mengalami banyak kendala, tidak mengurangi semangat semua pihak dalam melestarikan budaya lokal khususnya musik kolintang. “Tujuannya agar musik kolintang terus eksis di Indonesia dan mancanegara," tambahnya. (Wah) Surabaya