Jual Beli Suara Warnai Pemilu Filipina
Rakyat Filipina memberikan suara mereka, Senin 13 Mei 2019. Hampir 62 juta orang Filipina telah mendaftar untuk memilih di antara 43.500 kandidat yang bersaing untuk sekitar 18.000 jabatan mulai di kongres sampai lokal, termasuk 81 gubernur, 1.634 walikota dan lebih dari 13.500 anggota dewan kota dan kota madya di 81 provinsi.
Kepolisian Nasional Filipina telah mengerahkan 160 ribu personel ke sejumlah tempat pemungutan suara, untuk memastikan bahwa pemilu berjalan tanpa kekerasan, meski aksi jual beli suara marak terjadi.
Kepala Kepolisian Nasional Filipina, Oscar Albayalde mengatakan, pihaknya telah mendapatkan laporan jual beli suara dalam skala besar. "Laporan pembelian suara datang dari sejumlah tempat, meskipun beberapa laporan ada yang tidak benar dan tidak dapat dikonfirmasi," ujar Albayalde dikutip dari CNN Philippines.
Albayalde menambahkan, terdapat 79 kasus jual beli suara sejak masa kampanye pemilu. Kepolisian telah menangkap 240 orang yang terlibat dalam skema jual beli suara tersebut. Selain itu, kepolisian juga mendalami 43 kasus kekerasan terkait pemilu yang sudah menewaskan 20 orang dan melukai 24 orang lainnya.
Advertisement
Inquirer melaporkan, Polisi Metropolitan menangkap 84 orang di Kota Makati, 17 orang di Kota Muntinlupa, enam orang di Kota Quezon, dan satu orang di Malabon pada Sabtu malam. Mereka ditangkap karena terlibat jual beli suara.
Sedangkan, di Makati City, delapan orang, termasuk pejabat ditangkap karena membeli suara di dalam aula Barangay San Isidro di sepanjang Jalan Marconi. Sementara, 52 penduduk Barangay ditangkap karena menjual suara mereka.
Calon-calon yang terbukti telah berusaha membeli suara akan dikenakan pelanggaran pemilihan berat, mulai dari hukuman penjara dan diskualifikasi dari jabatan publik. Namun, sangat sedikit kasus jual beli suara yang dibawa ke pengadilan. (yas)
Advertisement