Empat Pokok Diperhatikan Umat Islam, Ini Tinjauan Gus Yahya
Jakarta: Katib ‘Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya C Staquf (Gus Yahya) menyerukan kepada umat Islam untuk peka terhadap perkembangan realitas kekinian ketika dihubungkan dengan turats atau sumber teks tradisional.
Menurutnya, terminologi dalam turats terikat fenomena pada saat terminlogi itu ditulis. Istilah imamah (kepemimpinan), misalnya. Realitas politik sekarang tentu berbeda dari kenyataan politik zaman dulu yang tak mengenal sistem negara-bangsa.
Gus Yahya menyampaikan hal itu saat memberikan arahan pada peserta Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) Dawrah II yang diselenggarakan Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Besar (Lakpesdam) NU, Jumat (13/10/2017).
“Ada banyak hal bila kita mau meninjau, tapi sekurang-kurangnya ada ada tiga atau empat pusat concern, yang bila tidak ada jalan keluarnya akan terjadi perang dunia,” ujarnya sebelum menutup PPWK itu.
Pertama, soal konsep hubungan antara Muslim dan non-Muslim. Islam harus mampu menjelaskan tentang kedudukan non-Muslim, apakah sebagai pihak kelas nomor dua setelah Muslim ataukah setara.
Kedua, tentang konsep dawlah atau negara. Dalam turats, ideal politik Islam adalah hadirnya imamah udhma atau kepemimpinan universal bagi seluruh umat Islam di dunia. Tentu ini berbeda dari kenyataan sekarang yang memasuki era struktur sosial politik negara bangsa.
Ketiga, soal batasan-batasan konflik agama. Yaitu mengurai sejauh mana suatu fenomena dikatakan konflik agama dan bukan.
Keempat, kedudukan hukum positif di hadapan syariah.
“Apakah kewajiban mematuhi lalu lintas termasuk kewajiban muamalah atau kewajiban syar’i? tanya Gus Yahya memancing berpikir forum.
“Kalau bukan syar’i, berarti kalau tidak polisi, terus kita melanggar, ya tidak dosa. Apa begitu?” tambahnya.
Ia bersyukur para kiai Nahdlatul Ulama sudah memberikan jalan keluar untuk sejumlah isu krusial itu. Tentang hubungan dengan non-Muslim, kata Gus Yahya, NU memiliki trilogi ukhuwah, yakni ukhuwah islamiyah (persadaraan keislaman), ukhuwah wathaniyah (persadaraan kebangsaan), dan ukhuwah basyariyah (persadaraan kemanusiaan).
Begitu juga dengan konsep kenegaraan menurut Islam. Bagi NU, NKRI sudah bukan masalah dalam ajaran Islam. “Kalau NKRI sah secara syariah berarti seluruh derivasinya, juga sah secarasyariah,” ujarnya.
Menurut juru bicara presiden era KH Abdurrahman Wahid ini, keruntuhan peradaban sejumlah negara di Timur Tengah saat ini adalah lantaran belum tuntasnya empat persoalan itu untuk selaras dengan semangat membangun peradaban.(adi)
Advertisement