Dulu Sibuk Buka Cabang, Kini Bank-bank Sibuk Tutup
Presiden Direktur Bank OCBS NISP Parwati Surjaudaja mengatakan, digitalisasi perbankan membuat berbagai hal menjadi terbalik.
"Di masa yang lalu kalau kita bicara perbankan itu melalui cabang, sekarang sudah sangat berbalik," ujarnya.
Parwati mengingatkan kenyataan saat ini, perkembangan teknologi digital mengharuskan bank-bank melakukan perubahan besar dalam berbagai hal, termasuk operasinya.
"Kalau dulu trennya mungkin sibuk buka kantor, sekarang trennya bank-bank sibuk menutup kantor," tuturnya, menegaskan dalam sebuah diskusi di Jakarta, Senin 15 Juli 2019.
Saat ini, kata dia, 80 persen transaksi perbankan sudah menggunakan ponsel. Bahkan ke depan kata dia, investasi juga akan mengalami hal yang sama.
Perubahan itu membuat peran kantor cabang bank juga ikut berubah menyesuikan diri, terutama dalam urusan berinteraksi dengan para nasabah.
Dulu, ujarnya, petugas di kantor cabang menyambut nasabah yang akan melalukan transaksi secara tunai.
"Perubahan itu membuat peran kantor cabang bank juga ikut berubah menyesuikan diri, terutama dalam urusan berinteraksi dengan para nasabah."
"Sekarang transaksi tunai itu sangatlah berubah ya, petugas kami lebih banyak membantu nasabah terkait akses digital ini," kata Parwati.
Apakah digitalisasi layanan keuangan akan berdampak kepada pengurangan karyawan?
karyawannya memang mengalami penurunan setiap tahun. Namun OCBC NISP juga tetap merekrut ratusan karyawan baru setiap tahunnya. Ke depan kata dia, karyawan yang keluar tidak perlu harus digantikan oleh karyawan baru. Namun seiring digitalisasi, perannya bisa digantikan oleh karyawan lainnya.
Sebelumnya, Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute Sukarela Batunanggar sempat mengatakan bahwa ada sekitar 1.000 kantor cabang tutup dalam 3 tahun terakhir.
Penutupan kantor cabang itu dilakukan lantaran perkembangan digitalisasi layanan perbankan sehingga nasabah tidak perlu banyak datang ke kantor cabang karena transaksi banyak dilakukan secara digital. (adi/asm)