Performance Art untuk Seniman yang Sudah Sepakat
Sejumlah seniman menggelar aksi solidaritas. Namun aksi mereka tentu saja berbeda dengan aksi massa lainnya. Aksinya, tak jauh-jauh dengan kegiatan seni. Misalnya tari, lukis dan performance art.
Misal saja, puluhan penari tradisional dengan mengenakan topeng, peragakan gerakan-gerakan yang menirukan seekor kera. Tarian itu pun bernama Kethek Ogleng. Lalu ada pula, perupa Jupri Abdullah yang melukis di atas kanvas berukuran 3 kali 10 meter. Kanvas ini terbentang di lapangan tengah Balai Pemuda.
Aksi solidaritas ini memang dipersembahkan untuk rekan-rekan sesama seniman yang telah mau memperjuangkan keberadaan Balai Pemuda. Asal diketahui saja, DPRD Kota Surabaya bersama dengan Pemkot, sebelumnya berencana untuk membongkar kantor Bengkel Muda Surabaya dan Dewan Kesenian Surabaya. Pembongkaran ini sebagai konsekuensi perluasan Masjid As-Sakinah yang akan dibangun lebih luas dua kali sebelumnya.
Namun setelah melalui negosiasi yang alot dengan DPRD dan Pemerintah Kota Surabaya, akhirnya Balai Pemuda tetap akan dipertahankan. Balai Pemuda tak akan dibongkar. Sedangkan Gedung Dewan Kesenian Surabaya (DKS) tetap akan dibongkar. DPRD Surabaya dan Pemkot pun menawarkan agar menempati Gedung Merah Putih. Tawaran ini pun diterima seniman.
Melihat aksi solidaritas itu, Chrisman Hadi, Ketua Dewan Kesenian Surabaya (DKS) mengucapkan terimakasih. "Saya atas nama seniman Surabaya berterima kasih pada solidaritas teman-teman semua. Acara ini benar-benar murni kepedulian mereka," ujar Chrisman Hadi.
Chrisman pun menjelaskan soal hasil negosiasi para seniman dengan DPRD dan Pemkot Surabaya. Kata dia, sudah ada pembicaraan yang baik dengan pemerintah kota, Disparta dan DPRD. Hasilnya, para seniman tetap bisa menempati Balai Pemuda.
"Kita jaga tempat ini untuk tetap berfungsi sebagai pusat kesenian di Surabaya. Alhamdulillah juga masjid ini kembali dibangun," ujarnya
Kemudian pertunjukan pun ditutup dengan penampilan performance art dari seorang musisi yang memainkan biola. (frd)