Di Paris, Gelandangan Dapat Tunjangan Hampir Rp 5 Juta/Bulan
Jangan dikira di kota paling bersinar di dunia, Paris, tidak ada gelandangan. Banyak. Jumlahnya antara sekitar 15 ribu orang, menurut sensus tahun 2016 lalu. Di seluruh Perancis jumlahnya sekitar 100 ribu orang.
Kaum tuna wisma atau gelandangan, di Perancis biasa disebut Sans Dimocile Fixe (orang yang tidak punya tempat tinggal). Tetapi di sana, untuk warga negaranya sendiri, pemerintah memberi tunjangan kepada para geldnangan itu.
Jumlahnya lumayan, 300 Euro atau sekitar Rp 4,8 juta setiap bulan, bila kurs satu Euro Rp. 16 ribu. Lumayan untuk ukuran Indonesia, tetapi sedikit untuk Eropa, apalagi Perancis yang termasuk 5 besar negara dengan biaya hidup tertinggi di dunia.
Pengemis, juga jumlahnya lumayan banyak. Terutama para pendatang. Mereka biasanya duduk di tepi toko dengan menempatkan kaleng di depannya. Jumlah pengamen tidak terbilang. Tetapi mereka mengamen dengan keren. Para pengamen ini benar-benar mahir memainkan alat musiknya antara lain gitar, biola bahkan harpa.
Kebanyakan para pengamen ini tidak Sans Dimocile Fixe tau tuna wisma, karena mereka ini memiliki rumah dan memiliki pekerjaan tetap menjadi guru musik. Mengamen adalah sambilan. Apabila sesorang tidak mahir bermusik, jangan harap dia berani mengamen.
Bulan November hingga Ferbruari mendatang adalah musim dingin. Udara di luar bisa minus 1 derajat. Inilah bulan-bulan penuh persoalan bagi kaum gelandangan. Di musim dingin begini, banyak para dermawan yang membagi selimut untuk para gelandangan. (nis)
Advertisement