"Pariwisata Jabar akan memasuki babak baru dengan beroperasinya BIJB Kertajati. Seluruh potensi pariwisata akan terbuka lebar. Tentunya hal ini akan mengundang banyak wisatawan untuk datang dan menikmati Jabar. Imbasnya adalah peningkatan perekonomian masyarakat," papar pria yang akrab disapa Prof. Arthur tersebut. BIJB Kertajati berdiri di lahan seluas 1.800 hektare. Bandara tersebut memiliki landas pacu berukuran 2.500 x 60 meter dan akan diperpanjang menjadi 3.000 x 60 meter. Pada tahap pertama, Bandara ini memiliki terminal berkapasitas 5,6 juta penumpang. Konsep smart Airport diusung dalam BIJB. Dukungan fasilitas seperti airport miniature, mini cinema, aircraft simulator, pusat teknologi kreatif, serta aciation training center research and development center juga dipersiapkan. Seperti Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), BIJB Kertajati akan terkoneksi dengan berbagai moda transportasi termasuk kereta api. Selain itu, saat ini juga tengah dibangun jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu). Tol ini sekaligus mengintegrasikan Bandara Kertajati dengan Bandara Husein Sastranegara di Bandung. Tol ini diharapkan rampung pada akhir 2018. "Bandara ini benar-benar akan menjadi representasi pariwisata Provinsi Jabar. Untuk itu BIJB Kertajati nantinya bukan hanya bandara internasional yang menjadi pintu gerbang pariwisata Jabar. Tapi mesti jadi Aerocity yg terpadu yang sejalan dengan konsep mata angin pariwisata Jawa Barat," pungkas Prof Arthur. Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, inilah wajah baru pariwisata Indonesia. Kemudahan akses udara merupakan prioritas penting dalam mendongkrak pariwisata Indonesia. Saat ini Menpar memang sedang memperjuangkan habis-habisan Konektivitas udara. Sehinga akses wisatawan akan semakin mudah. "Potensi pariwisata kita sangat luar biasa, tapi kita lemah di air connectivity. Kehadiran Bandara BIJB Kertajati akan membuka aksesibilitas serta mengurangi beban bandara-bandara yang sudah overload,” ujarnya. (*) Jawa Barat Jawa Barat