5 Fakta Sosok Geokimiawan Katsuko Saruhashi
Tepat pada hari ini geokimiawan asal Jepang, Katsuko Saruhashi berulang tahun yang ke-98. Karena konstribusinya dalam bidang sains, dan menginspirasi para ilmuwan muda untuk berhasil, Google pun merayakan kelahirannya dengan memasang wajah Saruhashi dalam Google Doodle.
Katsuko Saruhashi pernah mengatakan bahwa, “Ada banyak wanita yang memiliki kemampuan untuk menjadi ilmuwan hebat. Saya ingin melihat suatu hari nanti ketika wanita dapat berkonstribusi pada sains dan teknologi dengan posisi yang sejajar dengan pria.”
Ia pun percaya, bahwa itu adalah tugasnya untuk membuat bidang yang ia kerjakan menjadi lebih sejajar, dan ia sangat dihormati sebagai pelopor geokimiawan.
Berikut lima fakta yang perlu kalian ketahui tentang sosok geokimiawan asal Jepang ini.
Saruhashi yang penasaran dengan hujan dan terinspirasi untuk belajar kimia
Saruhasi adalah seorang ahli geokimiawan yang lahir pada 22 Maret 1920 di Tokyo, Jepang. Ia adalah lulusan dari Toho University di tahun 1943 dan pada tahun 1957, ia mendapatkan program doktor dari University of Tokyo.
Advertisement
Katsuko kecil yang kala itu masih duduk di bangku sekolah dasar melihat tetesan air hujan pada jendela, yang kemudian muncullah rasa penasaran bagaimana hujan dapat terjadi. Dan perjalanannya untuk menemukan jawaban tersebut membuatnya menjadi wanita pertama yang mendapatkan gelar doktor di University of Tokyo pada tahun 1957. Ketertarikannya pada hujan, membuat Katsuko ingin mempelajarinya, terutama mengenai hujan asam.
Seorang Geokimiawan yang berbakat dan penamaan “Saruhashi’s Table”
Saruhashi sebagai seorang geokimiawan terkenal karena penelitiannya yang inovatif. Ia merupakan orang pertama yang secara akurat mengukur konsentrasi asam karbonat dalam air berdasarkan suhu, kadar keasaman dan kloniritas.
“Saruhashi’s Table” yang namanya diambil dari geokimiawan tersebut merupakan sebuah metode yang sampai saat ini masih digunakan oleh para ahli kelautan. Selain itu ia juga mengembangkan sebuah teknik untuk melacak penyebaran radioaktif yang menyebabkan pembatasan percobaan nuklir di laut pada tahun 1963.
Karier Saruhashi selama lebih dari 30 tahun
Sepanjang kariernya di bidang sains, Saruhashi menjadi wanita pertama yang dipilih oleh Science Council of Japan pada tahun 1980, dan ia juga menjadi wanita pertama yang menerima. Miyake Prize untuk geokimia pada 1985.
Untuk mendukung lebih banyak wanita dalam bidang sains, di tahun yang sama, Saruhashi memulai Society of Japanese Women Scientists dengan tujuan agar lebih banyak wanita yang dapat berkonstribusi di bidang sains dan perdamaian dunia.
Peduli dengan ilmuwan wanita
Saruhashi sangat peduli mengenai perjuangan ilmuwan wanita lainnya. Ini menjadi salah satu penanda di kehidupannya dengan mencoba membantu untuk kemajuan wanita lainnya, terutama wanita Jepang dalam bidang sains.
Dia berkomitmen untuk menjadi insprirasi bagi para wanita muda lainnya untuk belajar sains dan ia juga membuat Saruhashi Prize di tahun 1981 yang dibuat untuk mengakui para ilmuwan wanita untuk penelitiannya.
Penghargaan Saruhashi tersebut dibentuk pada tahun 1980 oleh The Association for the Bright Future of Women Scientist, yang didirikan oleh Katsuko Saruhashi.
Fokus penelitiannya mengenai pengujian nuklir
Penelitian yang dilakukan Saruhashi membantu memberikan informasi mengenai perlombaan senjata nuklir. Atas permintaan pemerintah Jepang, penelitian yang diarahkan untuk pengujian nuklir pada tahun 1954, menemukan bahwa dampat dari situs uji bom AS, Pulau Bikini, telah menyebar ke laut Jepang 18 bulan setelah pengujiannya.
Advertisement