UMKM di Malang Terimbas Kebijakan Bagasi Berbayar

Asociation Of The Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) menilai ketentuan bagasi pesawat berbayar bakal menimbulkan efek domino. Ketentuan itu juga dinilai berimbas pada pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Ketua ASITA DPC Malang Raya, Gagoek Soenar Prawito mengatakan kebijakan bagasi pesawat berbayar ini akan memberikan efek domino yang sangat panjang. Kebijakan ini juga akan sangat berpengaruh pada pelaku UMKM di Malang. "Dengan adanya kebijakan itu, wisatawan yang berniat membeli oleh-oleh menjadi berkurang. Sehingga itu tentunya akan memengaruhi kondisi UMKM-UMKM di Malang dan semua daerah juga nantinya," katanya, Senin 14 Januari 2019. Gagoek menambahkan kebijakan bagasi berbayar diprediksi bakal membuat oleh-oleh yang dibeli wisatawan di Malang berkurang. Sebab, apabila membeli oleh-oleh dalam jumlah banyak, wisatawan tersebut akan membayar bagasi pesawat yang mahal. "Kalau orang biasanya beli satu kardus oleh-oleh seberat 10-15 kilogram, ya nanti bisa-bisa akan sangat berkurang. Mereka pasti tidak akan membeli oleh-oleh yang banyak," ucal pria yang juga menjabat Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Kota Malang itu.

Selain pelaku UMKM, kebijakan ini dinilai juga bakal berdampak pada pengusaha-pengusaha domestik yang selama ini hidup dan berkembang dari bisnis pariwisata. Oleh karena itu, menurutnya kebijakan ini harus ditinjau terlebih dahulu. "Tidak bisa diputuskan dari pihak penerbangan dan Departemen Perhubungan saja. Sehingga harus semua yang terkait, dari berbagai sektor dari dinas perdagangan, pariwisata kan banyak sekali yang berpengaruh," terangnya. Di sisi lain, Gagoek mengungkapkan bahwa kebijakan bagasi berbayar itu hanya menguntungkan pihak-pihak penerbangan saja. Apabila kebijakan itu tetap diberlakukan, wisatawan ditakutkan akan lebih memilih berkunjung ke luar negeri.

"Kami akan berusaha mediasi dengan penerbangan, nanti strategi ke depan apa. Kalau berkelanjutan kan kita harus mengambil sikap," pungkasnya.