Turos, Warisan Keilmuan Islam yang Harus Menjadi Landasan Pendidikan Nasional
Turos, sebagai karya klasik para ulama, pemikir, dan cendekiawan Muslim masa lalu, merupakan bagian penting dari warisan keilmuan Islam. Turos berperan besar dalam pengembangan ilmu-ilmu agama dan ilmu alat, yang hingga kini tetap relevan sebagai fondasi pendidikan Islam modern.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti dalam sambutannya pada acara Wisuda Santri Angkatan ke-10 Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, yang diasuh oleh KH Said Aqil Siraj di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu, 21 Mei 2025.
Turos sebagai Pilar Pendidikan Islam di Indonesia
Menurut Abdul Mu’ti, turos Islam adalah bagian dari sejarah besar peradaban Islam yang harus dijadikan landasan utama pendidikan Islam di Indonesia. Dengan memahami dan menguasai ilmu-ilmu dalam turos, generasi muda Muslim akan mampu menjelajahi khasanah ilmu Islam yang luas dan mendalam.
“Turos ini adalah bagian dari identitas keislaman kita. Ia menjadi konstruksi utama dalam membentuk karakter Islam yang sejati. Karena itu, penguasaan terhadap ilmu-ilmu alat dan ilmu ushuliah dari turos al-Islamiyah sangat penting sebagai dasar pendidikan Islam,” tegas Mu’ti.
Santri Al-Tsaqafah Diproyeksikan Jadi Pemimpin Masa Depan
Melihat kemampuan para santri berbicara lancar dalam bahasa Arab dan Inggris, Mu’ti menyatakan optimisme bahwa lulusan Al-Tsaqafah memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin masa depan Indonesia yang unggul secara spiritual dan intelektual.
“I witness and I'm very optimistic—Muslims could become leaders, could become champions not only in our daily lives but also in our spiritual journey,” ujarnya dalam pidato yang juga disampaikan dalam bahasa Inggris.
Tema wisuda tahun ini, “Santri Today, Leaders Tomorrow: Pillar of Indonesia's Golden Future”, dinilai sangat tepat mencerminkan misi pesantren dalam membentuk generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045.
Komitmen untuk Pendidikan Islam Berbasis Tradisi Keilmuan
Dalam kesempatan itu, Abdul Mu’ti juga mengungkapkan rasa hormatnya kepada KH Said Aqil Siraj dan komitmennya terhadap pesantren.
“Malam tadi saya baru tiba pukul 11 malam dari Korea Selatan, usai menghadiri pertemuan Menteri Pendidikan Asia Pasifik. Tapi karena komitmen saya kepada Syekh kita yang saya muliakan, Kiai Said Aqil Siraj, saya hadir di sini dengan penuh sukacita,” ungkap Mu’ti.
Advertisement