Tidak Dikenal Warga, Caleg Belum Tenang Jelang Coblosan
Masa tenang menjelang pemungutan suara dalam Pemilu Legislatif dan Pilpres 2024, Rabu, 14 Februari 2024, membuat beberapa caleg mengeluh tidak tenang, atau masih diselimuti rasa was-was.
Alasannya, meski poster dan balihonya tersebar di daerah pemilihan (dapil) sampai ke pelosok tidak berdampak signifikan, warga masih tak mengenal dirinya.
"Selain menyebar poster dan baliho saya juga bagi-bagi sembako dan uang saat bersilaturahmi dengan warga di dapil, tapi masih banyak yang tidak kenal, baru sekitar 5 persen, itu pun saudara dan teman dekat," ujar seorang caleg DPR RI dapil Jakarta 2 yang minta identitasnya dirahasiakan.
Advertisement
Suasana kebatinan seperti ini, kata caleg dari salah satu partai besar ini juga dialami caleg-caleg lain, terutama caleg pendatang baru. "Caleg yang baru seperti saya harus menghadapi gajah-gajah senayan," keluhnya.
Mereka sudah mempunyai basis konstituen dan tinggal meneruskan saja. Sedang dirinya berangkat dari nol, harus berebut suara dengan teman separtai, sesuai dengan asas pemilu terbuka, setiap caleg mencari suara sendiri, tidak tergantung pada nomor urut.
Ditanya 'doa' atau dorongan anggaran yang dihabiskan, ia menyebut mendekati Rp1 miliar. "Teman saya dari partai lain mengaku sudah habis Rp2 miliar untuk biaya membuat alat peraga, beli sembako untuk warga di dapilnya," katanya.
Ia memahami caleg yang berebut suara di dapilnya cukup banyak, sehingga persaingannya cukup ketat. Mereka juga membawa bingkisan.
"Warga tidak menolak caleg lain yang datang meskipun sebelumnya sudah janji akan memilih saya," keluhnya.
Bingung Mau Pilih Siapa
Beberapa warga kepada Ngopibareng.id menyatakan bingung mau pilih siapa karena banyak sekali.
"Tidak kenal namanya, cuma lihat sekilas di jalan-jalan, tidak terlalu fokus, mau pilih yang mana, apalagi bermunculan wajah baru. Beda dengan pilpres yang cuma ada tiga paslon, mudah dikenal, tinggal menentukan paslon nomor berapa yang akan ditusuk," ujar Ataya, pemilih pemula yang baru lulus Poltek Kesehatan.
Bukan hanya Ataya, temannya Yessica juga melontarkan pendapat serupa. Ia mengaku tidak kenal caleg-caleg yang berlaga di tempat pemilihannya, karena sejak awal poster dan baliho tersebut isinya kurang informatif hanya sekedar gambar besar beserta nama dan nomor urut.
" Paling juga hafal partai nya saja, dibilik suara nanti jadi bingung karena tidak kenal dan kurang menarik," kata Yessi.
Di depan rumahnya di daerah Kebayoran Lama Jakarta Selatan banyak poster dan baliho caleg. Ia hanya melihat tanpa ada ketertarikan, sehingga sampai saat ini tidak hafal nama dari caleg-caleg tersebut.
"Depan rumahku persis yang setiap hari pasti kelihatan mata saja tidak hafal namanya," akunya.
Pernyataan berbeda disampaikan Deny, warga Petamburan Jakarta Barat. Ia mengaku memperhatikan poster dan baliho caleg yang berjejer di kampungnya. Tetapi, Deny mengakui hanya sekadar kenal namanya tapi tidak paham visi dan misi tiap caleg yang Ia lihat.
"Soalnya setiap jalan baliho terus ketemu ya, sampai pohon-pohon saja ketutup sama baliho caleg. Jadi lumayan banyak tau nama-nama caleg di baliho itu. Tapi enggak ditulis visi misinya walaupun balihonya gede," kata Deni.
Alat peraga kampanya sekarang sudah bersih menyusul memasuki masa tenang. KPU melarang semua bentuk kampanye termasuk melakukan serangan fajar untuk mengamankan dukungan.
Advertisement