Sayyidah Khadijah, Tonggak Utama Peradaban Islam
Memahami agama Islam dengan pendekatan kajian analisa sosial kemasyarakatan adalah penting karena Islam hadir secara perlahan, terdapat proses dialog antara ajaran dan persoalan sosial kemasyarakatan.
Pendekatan analisa sosial sangat diperlukan apalagi dalam melihat peran strategis perempuan dalam sejarah peradaban Islam. Sesungguhnya, perempuanlah sosok yang menjadi tonggak (pendukung utama) awal penyebaran Islam di muka bumi ini.
Salah satu peran strategis perempuan dalam penyebaran Islam telah dilakukan oleh Sayyidah Khodijah. Sejarah telah mencatat bahwa di awal kenabian, saat Baginda Muhammad berusia 25 tahun, beliau belum memiliki posisi penting dalam struktur sosial kemasyarakatan Arab. Beliau memang lahir dari keluarga terhormat, yaitu Bani Hasyim.
Namun status sosialnya sebagai pekerja, yang saat itu bekerja sebagai tim marketing dalam bisnis Sayyidah Khadijah, maka beliau belum dianggap penting sehingga belum memiliki otoritas untuk mempengaruhi kehidupan sosial kemasyarakatan.
Atas petunjuk seorang Rahib Buhairo yang menunjukkan bukti bahwa Muhammad adalah sosok istimewa, maka Khadijah menelisik lebih jauh tentang pemuda tampan rupawan. Ya! Sayyidah Khadijah menemukan keutamaan yang dimiliki Baginda Muhammad, kelembutan, kejujuran dan kesungguhan, yang kemudian beliau mendapat gelar Al-Amin (bisa dipercaya). Andai diibaratkan batu permata, beliau adalah kualitas intan terbaik. Kualitas ini yang membuat hati Khadijah terpikat dan meminang Baginda Muhammad sebagai suaminya.
Pinangan Muhammad
Baginda Muhammad menerima pinangan ini karena beliau menghormati Sayyidah Khodijah. Usia 40 tahun dengan status janda tak membuat beliau resah karena bagi beliau, tubuh perempuan tak lebih utama dibanding keilmuan, spiritual dan skill bisnisnya yang menawan.
Pernikahan Sayyidah Khadijah dan Baginda Muhammad jika boleh diibaratkan cincin, adalah pertemuan antara intan berlian dan mangko’an (tempat cincin) yang menawan. Sehingga Baginda Muhammad memiliki ruang status sosial terbaik saat itu, mulai mendapat perhatian, mendapat otoritas sosial dan ekonomi, dan situasi ini turut mempermudah beliau menyebarkan nilai Islam di awal kenabian.
Sungguh! Sayyidah Khadijah adalah tonggak sejarah yang menempatkan perempuan sebagai garda terdepan, pendukung utama penyebaran Islam di awal kenabian.
Peran Sayyidah Khadijah seharusnya menjadi momentum pembelajaran penting, yang menghapus pertanyaan yang mencoba mendomestifikasi perempuan. Seperti, apakah perempuan lebih baik bekerja atau di rumah? Solat di masjid atau di rumah?
Pertanyaan semacam ini sebenarnya telah gugur dengan melihat sejarah kehidupan Sayyidah Khadijah. Beliau adalah perempuan mulia, istri Rasululloh, bangsawan dan saudagar sukses yang mendukung gerak langkah Baginda Muhammad di awal kenabian. Sosok dan peran Khodijah sesungguhnya juga menjadi jawaban bahwa Islam mendukung perempuan bekerja profesional. Islam mengajak perempuan untuk menjadi penyebar kemanfaatan dan penyebar nilai-nilai agama Islam.
Kalaulah ada yang menginginkan perempuannya tidak bekerja atau sembahyang di rumah. Cukup jadikan alasan individual saja. Tidak perlu mengatasnamakan Islam. Karena sesungguhnya, Islam memahami dan mendukung kualitas perempuan, yang juga telah berperan untuk kemaslahatan kemanusiaan.
Selamat Hari Perempuan
08 Maret 2025
Alfiyah Ashmad
Advertisement