Riset UB: Permukaan Tanah di Malang Turun Tiga Meter
Grup Riset Geoinformatka Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) Universitas Brawijaya (UB) baru saja melakukan analisis terhadap pergerakan vertikal permukaan tanah di wilayah Malang Raya dan sekitarnya. Analisis ini dilakukan pasca terjadinya sejumlah peristiwa bencana alam di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.
Ketua Grup Riset Geoinformatika Filkom UB, Fatwa Ramdani mengatakan perlu adanya kontribusi positif dari semua pihak dalam rangka memberikan edukasi terhadap literasi bencana secara terintegrasi. Sehingga kedepannya tidak ada lagi korban jiwa dan kerugian material yang ditimbulkan oleh bencana alam.
Oleh karena itu, Grup Riset Geoinformatika Filkom UB melakukan analisis terhadap pergerakan vertikal di wilayah Malang Raya dan sekitarnya dengan berbasis data satelit radar (Sentinel-1) milik Uni Eropa. Data yang dikumpulkan pada analisis ini diambil dari periode tiga tahun, sejak 2015 hingga 2018.
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Differensial Interferogram Synthetic Aperture Radar (DinSAR). Tujuannya untuk mendapatkan informasi perubahan secara vertikal pada permukaan muka tanah.
"Hasilnya cukup mengejutkan, wilayah Malang Raya bagian Selatan dan sekitarnya mengalami penurunan muka tanah yang signifikan dalam kurun waktu tiga tahun, yaitu hampir tiga meter," katanya saat dihubungi, Minggu 14 Oktober 2018.
Hasil yang berbeda terdapat di wilayah utara Malang seperti Surabaya dan Pulau Madura yang hanya mengalami kenaikan permukaan tanah sekitar 30 cm. Fatwa menilai aktivitas lempeng Australia yang terus mendorong ke arah utara menuju selatan Pulau Jawa, bergerak sekitar 71 mm per tahun.
"Hal ini terlihat kecil, namun dampaknya ternyata sangat besar pada penurunan muka tanah," sambungnya.
Dari analisis ini, Fatwa mengimbau agar masyarakat di wilayah selatan Malang Raya dan sekitarnya perlu mempertimbangkan struktur bangunan yang tahan terhadap perubahan signifikan penurunan muka tanah. Sehingga diharapkan kerugian baik materil maupun non-materil di kemudian hari dapat diantisipasi sejak dini.
Sementara itu, Fatwa menjelaskan, pada wilayah tengah dan utara Malang Raya, masyarakat perlu memperhatikan pembangunan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan. Sebab, pertumbuhan yang tidak terkontrol diakuinya akan mendatangkan bencana seperti banjir dan longsor pada musim penghujan.
"Analisis sementara kami menunjukkan bahwa selama 20 tahun terakhir Kota Malang dan Batu tumbuh sangat cepat," pungkasnya.
Advertisement