Puasa di India: Minum Tiga Liter Per Hari, Buka Bersama Sopir Bajaj, hingga Salat Tarawih Dua Jam
Kisah pelajar Indonesia di luar negeri menjadi topik menarik untuk dikulik. Tak terkecuali saat bulan ramadan. Banyak kisah mengocok perut dialami mahasiswa Indonesia yang berkuliah di negara India. Salah satunya Maulana Nur Ardian, mahasiswa second master S2 di GB Pant University of Agriculture and Technology.
Sambil menunggu waktu berbuka, pria yang akrab disapa Maul itu menyambut hangat Ngopibareng.id melalui Google Meet. Pria berambut panjang sebahu itu menyebut, kisah ramadannya kali ini berbeda dengan dua tahun silam. Pasalnya, tahun ini Maul berpuasa di kota kecil di Panthnagar. Tak hanya itu, dia tak bisa leluasa pergi lantaran tinggal di asrama kampus. Terlebih, alumnus Universitas Jenderal Soedirman itu satu-satunya pemeluk Islam di kampusnya.
“Iya, kalau sekarang apa-apa serba sendiri. Aku doang yang muslim. Nggak bisa salat tarawih dan buka puasa bareng. Aku tinggalnya di asrama kampus di kota kecil, kalau mau ke masjid jauh. Di kampus ada jam malam jadi nggak bebas,” kata Maul membuka.
Pria kelahiran 1998 itu mengenang, kala dia menempuh pendidikan S2 di Gujarat University ada beberapa cerita lucu yang masih membekas di benaknya. Khususnya ketika bulan puasa. Maklum, kala itu Maul tinggal di daerah warga muslim. Yang menarik, ada sekitar 10 mahasiswa Indonesia lainnya yang juga berkuliah di kampus tersebut.
“Iya, kalau pas di Gujarat itu alhamdulillah tinggal di daerah muslim. Jadi vibes ramadannya berasa, kami juga sering buka puasa bareng. Diajak bapak kos dan bersepuluh dengan mahasiswa Indonesia lainnya. Kita biasanya masak menu Indonesia,” lanjutnya dengan sumringah.
Maul menambahkan, biasanya mereka berbelanja bahan makanan setelah salat asar di pasar terdekat. Lalu mereka berkumpul di apartemen mahasiswa putri untuk masak, sekaligus berbuka bersama. Menu yang dihidangkan bercita rasa nusantara secara bergantian. Seperti kurma, bakwan jagung, bala-bala, es buah, es semangka, dan es teh sebagai menu pembuka. Sementara, menu utamanya pempek, opor ayam, rendang, bakso, soto ayam, dan soto daging.
“Kita dulu se-effort itu untuk berbuka puasa. Memang pada suka masak, orangnya banyak juga kan, jadi seru dan asik,” katanya dengan antusias.
Buka Bersama Sopir Bajaj
Rupanya, buka bersama mahasiswa se-tanah air bukan satu-satunya kisah yang berkesan bagi pria asal Sukabumi ini. Maul menyebut, cerita yang tak bisa dia lupakan adalah ketika diajak sopir auto atau bajaj berbuka bersama. Kala itu Maul bertemu dengan sopir itu secara tidak sengaja. Yaitu ketika Maul memesan auto menuju kampus.
Sopir itu menanyakan apakah Maul muslim dan berpuasa. Lalu, ketika Maul menjawab iya, sopir tersebut langsung mengajaknya berbuka bersama. “Seingatku itu pas di auto pas mau ke kampus, aku ditanya muslim nggak? Puasa nggak?, Eh pas aku jawab iya, aku langsung diajak buka bareng, ya Allah se-random itu,” kenang Maul sambil terbahak.
Setelah perbincangan singkat itu, sopir tersebut membagikan nomor Whatsapp-nya ke Maul. Maul lantas mengajak rekan pelajar pria sesama Indonesia menghadiri undangan itu.
Makan Berat Pukul 21.00
Selain berbuka dengan sopir bajaj, kisah menarik lainnya adalah saat diundang berbuka bersama oleh bapak kosnya. Sebagai warga Indonesia yang terbiasa makan berat kala berbuka, Maul tercengang sekaligus kaget. Pasalnya, warga lokal negeri Bollywood itu makan makanan berat setelah ibadah salat tarawih. Mahasiswa Jurusan MTech Food Processing Technology itu mengenang, dia menunggu berjam-jam tetapi makanan beratnya tak kunjung datang.
“Pas diajak bapak kos, waktu berbuka itu menunya buah pisang, semangka, dan anggur. Ada juga buah kurma. Lha ini nunggu lama kok makanan beratnya nggak segera dihidangin. Eh ternyata setelah salat tarawih,” katanya sembari tertawa.
Mengetahui warga lokal terbiasa berbuka dengan makanan ringan, Maul merasa tengsin. Dia merasa tenang setelah melihat nasi biryani atau makanan khas India terhidang di meja makan.
“Jadi kita baru makan nasi Biryani pukul 21.00, lama banget,” tambah Maul terkekeh.
Salah Tarawih selama Dua Jam Lebih
Kisah menarik lainnya yang tak kalah mengocok perut adalah ketika awardee The Indian Council of Agricultural Research (ICAR) itu salat tarawih dalam durasi lama. Tak tanggung-tanggung yaitu selama dua jam lebih. Saat itu, Maul diajak bapak kosnya salat di masjid di mana bapak kos tersebut menjadi pengurus.
Rupanya, imam di masjid tersebut mengkhatamkan Quran 30 juz dalam sekali salat tarawih. Sejak saat itu, Maul merasa kapok. Dia berjanji itu adalah kali pertama dan terakhirnya salat tarawih selama dua jam lebih. Anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia di India itu tak punya pilihan lain. Yaitu dengan tetap melanjutkan salat. Pasalnya, dia berada di saf tengah sehingga tak memungkinkan untuk pergi.
“Itu ya Allah, salat tarawihnya dua jam lebih. Gak bisa kabur karena posisinya di barisan tengah. Besok-besoknya baru cari masjid yang lain, kapok,” katanya.
Kendati demikian, Maul tak menyesal lantaran suara imam kala melantunkan ayat suci terdengar merdu.
“Tapi nggak papa sih sekali itu aja, suara imamnya merdu,” tambahnya.
Minum Tiga Liter Setiap Hari
Kisah menarik terakhir yang sayang dilewatkan adalah kala Awardee Indian Council for Cultural Relations itu terpaksa harus meminum air putih tiga liter per hari. Hal ini dikarenakan suhu di Gujarat mencapai 45 derajat. Untuk mengatasi dehidrasi agar tetap kuat berpuasa, Maul mengikuti tip dan trik dari seniornya.
“Iya, waktu di Gujarat suhunya 45 derajat jadi panas banget. Aku dikasih tahu senior agar minum tiga liter per hari biar kuat puasanya,” katanya.
Tak hanya itu, untuk menghilangkan dahaga, selepas salat tarawih Maul biasanya membeli es khas India. Yaitu Es Gola alias es sirup kepal. Juga, es krim.
“Iya biar kira fresh, habis salat tarawih kami beli es Gola atau es krim,” tutupnya.
Advertisement