Petani Melon Minta Pemerintah Kembangkan Wisata Pertanian
Fatihul Munir, petani melon asal Desa Jiyu, Kecamatan Kutorejo, meminta Pemkab Mojokerto, Jawa Timur, mengembangkan potensi wisata berbasis pertanian atau agrowisata.
Mantan pegawai honorer di Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto itu menyampaikan harapannya saat Wakil Bupati Mojokerto, Muhamammad Al Barra berkunjung di perkebunan melon green house miliknya, bertempat di Dusun Pelintahan Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Minggu, 26 September 2021.
"Saya berharap pemerintah daerah bisa bekerjasama bagaimana kita mengembangkan pertanian modern, terutama sistem green house, dan juga kita mengembangkan wisata berbasis pertanian," ungkap Fatihul Munir.
Menurut pria 35 tahun ini, potensi wisata pertanian bisa memperdayakan masyarakat setempat untuk pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19 melanda.
"Kita bisa memperdayakan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, saya meminta pemerintah daerah kerjasamanya mensupport. Semoga dengan program semacam ini bisa ditingkat lebih tinggi lagi," kata Fatihul Munir.
Advertisement
Selama ini, lanjut Fatihul Munir, hasil dari menanam buah melon berjenis sakata glamour itu dirinya mendapat keuntungan besar. Dalam sehari bisa memetik satu setengah ton. Bahkan pangsa pasarnya luas, sampai ke ekspor ke luar negeri.
"Pangsa pasarnya banyak, bisa ke supermarket atau kita bisa ekspor ke luar negeri. Tapi harus seseuai spesifikasi dari pihak buyer (pembeli). Sementara ini saya masih di Asia, terutama Malaysia," terangnya.
Selain perkebunan, green house dengan lahan seluas 600 meter persegi milik Fatih ini juga menjadi jujugan wisata petik buah melon yang baru dibuka pada 25 September 2021.
Menanggapi hal itu, Wakil Bupati Mojokerto Muhammad Al Barra mendukung penuh adanya wisata berbasis pertanian untuk perberdayaan dan ekonomi masyarakat.
"Wisata pertanian atau wisata petik buah ini nanti kita bisa melibatkan antar Dinas Pertanian dan Pariwisata. Kita berharap bahwasannya wisata seperti ini ada banyak lagi di Kabupaten Mojokerto," terang Gus Barra, sapaan akrabnya.
Gus Barra mengaku tertarik ada seorang petani di Mojokerto mengembangkan sistem green house.
"Yang menjadi menarik adalah melon ini ditanam dengan cara green house. Minim dengan hama dan dengan nilai jual yang sangat tinggi. Beda disini, antara petani biasa dan petani yang memiliki keilmuan. Sehingga market atu penjualannya lebih tinggi dari petani biasa," bebernya.
Tak hanya mengujungi, Gus Barra juga memborong buah melon di kebun tersebut untuk dibagikan kepada warga setempat.
Salah seorang warga, Iin Rizkia mengatakan, sangat setuju jika Pemkab Mojokerto membuat wisata baru berbasis pertanian. "Ya saya sangat setuju, ada wisata baru," ucapnya.
Iin baru pertama kali masuk perkembunan, ia mengaku senang bisa memetik buah melon secara langsung. "Baru pertama kali ini, belum pernah mencoba melonnya," pungkasnya.
Sebagai informasi, petami melon bisa meraup untung 80 sampai 100 juta per tahun dari hasil menanam melon dengan sistem green house. Menggunakan lahan seluas 600 meter persegi yang dibangun di pekarangan warga, Munir mampu menghasilkan 1,5 sampai 2 ton melon dalam sekali panen dari sistem pertanian ruangan alias green house.
Fatihul Munir sudah empat kali memanen buah melon yang ditanam dengan sistem green house. Kali ini, ia menanam buah melon jenis Sakata Glamor yang memiliki rasa manis dan daging buah yang tebal.
Lahan seluas 600 meter persegi itu disewa seharga Rp4 juta rupiah per tahun. Di lahan seluas itu, ia dapat menanam antara 1.300 sampai 1.500 bibit buah melon.
Advertisement