Perkokoh Nilai Kebangsaan, Konbes-Munas Alim Ulama NU Digelar di NTB
Jakarta: Musyawarah Nasional Alim Ulama & Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas Alim Ulama & Konbes NU) segera digelar di Nusa Tenggara Barat, Kamis – Sabtu, 23 – 25 November 2017 mendatang. Dua forum berbeda, namun keduanya kerap digelar dalam satu waktu penyelenggaraan ini, merupakan forum permusyawaratan tertinggi kedua setelah Muktamar.
Sebagaimana penyelenggaraan di tahun-tahun sebelumnya, Munas Alim Ulama & Konbes NU didesaign untuk menghasilkan keputusan-keputusan strategis dan fundamental bagi kemaslahatan umat, bagi keutuhan bangsa dan Negara ini.
“Munas Alim Ulama membicarakan masalah-masalah keagamaan menyangkut kehidupan umat dan bangsa. Sebagai forum bahtsul masail akbar, Munas Alim Ulama membagi pembahasan masalah-masalah keagamaan ke dalam tiga kategori. Yaitu kategori Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah (Pembahasan masalah-masalah keagamaan aktual), Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Maudlu’iyyah (Pembahasan masalah-masalah keagamaan tematik), dan Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyyah (Pembahasan masalah-masalah keagamaan berkaitan dengan perundang-undangan),” kata KH Robikin Emhas M.H. (Wakil Ketua Panitia) bersama DR. H. Ulil Abshar Hadrawi (Sekretaris Panitia), dalam siaran pers diterima ngopibareng.id, Sabtu (23/09/2017).
Dijelaskan, Konbes NU lebih membicarakan pelaksanaan keputusan-keputusan Muktamar, mengkaji perkembangan program, dan memutuskan Peraturan Organisasi. Dalam Konbes ini forum musyawarah dikerucutkan ke dalam dua komisi pembahasan khusus, yaitu Komisi Program dan Komisi Rekomendasi.
Jika kepesertaan Munas Alim Ulama secara terbuka mengundang dan melibatkan para alim ulama, pengasuh pondok pesantren, dan para pakar, maka kepesertaan dalam forum Konbes sifatnya lebih tertutup. Peserta Konbes dalam hal ini terdiri hanya anggota pleno Pengurus Besar dan Pengurus Wilayah saja.
Tentang Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2017
Dijelaskan Robikin Emhas, Munas Alim Ulama & konbes NU 2017 mengambil tema “Memperkokoh Nilai Kebangsaan Melalui Gerakan Deradikalisasi dan Penguatan Ekonomi Warga”.
Tema ini dipilih mengingat perkembangan kekinian yang dihadapi bangsa Indonesia. Seperti diketahui berbagai bentuk paparan virus radikal kian mengancam keutuhan NKRI. Sementara pada saat yang sama tren pertumbuhan ekonomi kita terus menurun. Faktanya, 2017 ini harga komoditas masih melemah, dan belanja konsumen menurun.
"Deradikalisasi dan Penguatan Ekonomi sekilas terlihat sebagai dua hal yang sangat berbeda.Tetapi sesungguhnya sangatlah dekat. Kalau kondisi perekonomian warga tidak kuat tentu akan makin mudah disusupi virus radikal. Sebaliknya kalau perekonomian warga kuat, tentu tidak akan mudah terpapar propaganda radikal. Data menunjukkan, diluar propaganda agama, iming-iming kemapanan ekonomi menjadi magnet paling banyak menyedot massa radikal," kata Robikin, yang Ketua PBNU bidang hukum ini.
Tugas ideologis Nahdlatul Ulama sebagai ormas berhaluan Ahlussunnah wal jama’ah adalah bagaimana terus membentengi negeri ini dari rongrongan paham radikal, membumikan Pancasila, dan menjaga keutuhan NKRI. Dalam hal ini gerakan NU berpretensi untuk terus memperkuat kelompok Islam tengah. Kelompok Islam tengah harus terus dijaga agar tidak terlalu ekstrem ke kanan lalu menjadi radikal, dan tidak terlalu ekstrem ke kiri lalu menjadi liberal.
Hasil-hasil pembahasan Munas Alim Ulama dan Konbes NU, secara internal akan menjadi bagian dari langkah organisasi untuk terus mengkonslidasi diri, menguatkan khidmat untuk sebesar-besar kemaslahatan umat. Secara eksternal akan menjadi rekomendasi yang selanjutnya disampaikan ke masyarakat dan pemerintah untuk bisa ditindaklanjuti. (adi)