Mereka yang Insyaf dan Kembali pada NKRI
Lamongan : Sebuah peluru yang masih bersarang di kaki kiri Saiful Arif alias Abid alias David tak membuatnya ragu melangkah. Sedikit pincang, namun derap kakinya tak kalah dengan dua teman di kiri dan kanannya. Hanya satu niat, Bendera Merah Putih harus berkibar.
Mantan penyerang pos Brimob di Poso itu, kini telah berikrar setia pada NKRI. Saiful ditunjuk menjadi pengibar sangsaka merah putih pada perayaan HUT RI ke 72 di halaman rumah Amrozi yang kini menjadi markas Yayasan Lingkar Perdamaian, Kamis 17 Agustus 2017.
Arif tidak sendiri, dia ditemani Zulia Mahendra, putra dari Amrozi. Khoerul Mustain putra dari Nor Minda terpidana 4 tahun penjara karena terlibat bom Bali satu juga turut menemani Arif menjadi pengibar bendera.
Upacara khusus ini sangat istimewa karena diikuti oleh puluhan warga dimana 43 diantaranya adalah mantan kombatan dan napi terorisme asal Lamongan. Para kombatan yang ikut mayoritas adalah lulusan akademi militer Afghanistan, serta alumni akademi militer Mindanao
Sedangkan mantan napi teroris yang ikut upacara adalah mantan-mantan napi terorisme Ambon, Poso, bom Bali satu, penembakan markas Polri di berbagai tempat, serta tersangka perampokan berdalih fai.
Advertisement
"Kami telah kembali. Kami telah berikrar setia pada NKRI dan ini bukti dari ikrar kami," kata Ali Fauzi Manzi adik kandung trio bom Bali satu, yang kini menjadi pendiri Yayasan Lingkar Perdamaian.
Sebelum bertobat kembali pada NKRI, Ali Fauzi Manzi alias Salman, alias Abu Ridho, alias Ikrimah, pernah dikirim oleh Hambali ke Camp Abubakar dan Camp Hudaibiyah untuk belajar merakit bom. Dia juga bagian dari pasukan elit Moro Islamic Leberation Front (MILF). Bahkan pada 1999 dia ditunjuk menjadi kepala instruktur perakit bom di Jawa Timur.
Merangkul kembali mantan-mantan kombatan dan teroris bukanlah perkara mudah. "Sebagian dari mereka pengen kembali ke NKRI tapi masih perlu waktu," ujar Ali Fauzi.
Bahkan beberapa peserta upacara kali ini merupakan napi yang baru saja keluar dari penjara sehingga untuk mengajak mengikuti upacara bukanlah perkara mudah.
Hal yang sama diungkapkan Yusuf Anis. Dalam upacara kali ini, Yusuf bertindak sebagai Perwira Upacara. "Saya sempat tidak bisa tidur dan kawatir upacara kali ini gagal," ujarnya.
Yusuf Anis alias Abu Bilal adalah lulusan akademi militer mujahidin Afghanistan 1991. Yusuf Anis pernah menjadi instruktur andalan Al Qaida di Camp Sada untuk kemudian berpindah ke Camp Hudaibiyah Mindanao Filipina Selatan pada tahun 1997. Pada 1999 dia pernah menjadi pengajar basic militer bagi warga sipil di Maluku saat konflik Ambon meletus. Di tahun 2002, Yusuf ditangkap atas dugaan terlibat pada bom Bali 1.
Upacara bendera di tengah perkampungan Tenggulun, Solokuro, Lamongan kali ini berjalan cukup hidmat. Ratusan warga sekitar juga antusias mengikuti upacara yang dijaga puluhan personel bersenjata laras panjang ini.
Saiful Arif yang kakinya masih tampak pincang juga berhasil mengibarkan bendera dengan sempurna. Akhirnya mereka kembali. "Sudah lama saya tidak upacara. Kini kami kembali lagi pada NKRI," ujar Saiful.(wah)
Advertisement