Masuk Angin, Terlihat Sepele tapi Jadi Tema Pidato Pengukuhan Guru Besar UGM
Masuk angin, kelihatannya sepele. Namun itu menjadi tema pidato Prof. Dr. Atik Triratnawati saat pengukuhan guru besar dalam bidang antropologi kesehatan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, 10 Juni 2025 kemarin.
Dalam pidatonya Prof Atik menyebut masuk angin sebagai kondisi tubuh yang tidak nyaman akibat paparan angin atau cuaca dingin yang menyerang tubuh. Gejalanya beragam, mulai dari merasa kedinginan (kademen), mual, kembung, pegal, hingga tubuh terasa meriang atau greges.
"Meski demikian, istilah "masuk angin" tidak ditemukan dalam kamus medis karena tidak dianggap sebagai penyakit yang diakui secara ilmiah," kata Prof Atik.
Masuk Angin di Berbagai Etnis di Indonesia
Fenomena masuk angin tidak hanya dikenal oleh orang Jawa. Istilah serupa juga ditemukan dalam budaya etnis lain seperti Sunda, Melayu, hingga Suku Anak Dalam. Sebutan yang berbeda seperti “naik angin” digunakan oleh masyarakat Melayu. Pengobatan tradisional yang digunakan pun beragam, mulai dari ramuan herbal berbahan kayu, daun, dan batang tanaman, hingga kerokan, yang dianggap efektif meredakan gejala masuk angin.
Pandangan Medis: Apakah Masuk Angin Itu Penyakit?
Dalam dunia kedokteran modern, tidak ada istilah penyakit akibat angin. Ilmu medis hanya mengenal penyakit yang disebabkan oleh patogen seperti virus, bakteri, jamur, atau gangguan fungsi organ tubuh. Karena itu, masuk angin tidak dikategorikan sebagai “penyakit” (disease), melainkan sebagai bentuk ketidaknyamanan atau illness.
Banyak ahli kesehatan menyebut masuk angin hanyalah istilah awam untuk menyebut gejala penyakit seperti flu, ISPA, hepatitis, atau bahkan COVID-19. Mereka menyatakan bahwa gejala masuk angin muncul ketika daya tahan tubuh menurun, sehingga tubuh lebih rentan terhadap infeksi.
Perbedaan Masuk Angin dan Flu
Meski sering disamakan dengan flu, masyarakat Jawa membedakan antara dua kondisi ini. Misalnya, masuk angin tidak selalu disertai gejala bersin-bersin, yang justru menjadi ciri khas flu dalam pandangan medis. Gejala masuk angin lebih menitikberatkan pada rasa tidak enak badan, lelah, dan ketidakseimbangan tubuh secara menyeluruh.
Kerokan: Terapi Populer untuk Masuk Angin
Salah satu bentuk pengobatan tradisional untuk masuk angin yang paling populer adalah kerokan. Kerokan dipercaya dapat melancarkan peredaran darah, mengusir angin dari tubuh, dan memberikan efek relaksasi. Meski belum sepenuhnya diterima oleh medis, kerokan tetap menjadi pilihan utama masyarakat ketika merasa "masuk angin".
Masuk Angin sebagai Budaya dan Legitimasi Sosial
Yang menarik, masuk angin juga memiliki legitimasi sosial. Seseorang yang mengaku masuk angin biasanya tidak perlu menunjukkan surat dokter untuk absen dari kegiatan seperti kerja, kuliah, arisan, atau pengajian. Pernyataan "saya masuk angin" sudah cukup kuat untuk menjelaskan kondisi ketidakhadiran seseorang dalam aktivitas sosial.
Kesimpulan: Masuk Angin di Persimpangan Ilmu dan Budaya
Masuk angin adalah contoh nyata pertemuan antara budaya dan ilmu kesehatan. Dalam perspektif medis, ia bukan penyakit. Namun dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, masuk angin adalah realitas yang dihadapi, dirasakan, dan diobati secara khas dengan cara-cara tradisional. Baik melalui kerokan, minuman herbal, maupun istirahat total, masuk angin tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari narasi kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya Jawa.
Advertisement