Lebaran di India, Rasakan Kehangatan Id dan Nikmati Kelezatan Kuliner Nusantara di KBRI New Delhi
Senada dengan perayaan id di Indonesia, tahun ini lebaran di India jatuh pada tanggal 31 Maret 2025. Ini merupakan kali ketiga Maulana Nur Ardian, pelajar Indonesia di India merayakan lebaran di bumi Mahatma Gandhi. Kendati setiap tahun memiliki kesan tersendiri, tak terkecuali tahun 2025 ini. Lantaran berkuliah di kampus dengan minoritas muslim, demi merasakan kekhidmatan salat id, pria asli Sukabumi itu rela menempuh perjalanan lima jam. Ya, pria yang akrab disapa Maul itu bertolak dari Panthnagar menuju New Delhi, tempat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di India bermarkas.
Mengenakan kaos strip hijau-putih, pria berambut gondrong itu menyambut hangat Ngopibareng.id melalui Google Meet. “Iya, saya berangkat naik kereta pada Sabtu, 29 Maret sore menuju New Delhi. Saya sengaja datang lebih awal agar bisa menikmati Kota New Delhi sebelum Hari Raya Idul Fitri,” kata Maul membuka.
Alasan Maul datang dua hari lebih awal lantaran penasaran dengan toko buku legendaris di New Delhi bernama Bahrisons. Pasalnya, di toko tersebut, Presiden RI Prabowo Subianto sempat berkunjung setelah menghadiri perayaan Indian Republic Day pada Januari silam. Tak hanya itu, pria alumnus Universitas Jenderal Soedirman itu sudah tak sabar menikmati kudapan khas Tibet.
“Iya saya penasaran sama toko buku yang pernah dikunjungi Pak Prabowo. Saya di sana juga beli karena harganya murah, seharga seratus ribu saya dapat dua buku. Saya juga kangen masakan Tibet karena cita rasanya mirip dengan makanan Indonesia,” katanya.
Salat Id dengan Khusyuk
Di sisi lain, pria kelahiran 1998 itu menyebut, KBRI adalah tempat yang tepat untuk merayakan hari raya Idulfitri. Dari berselancar di media sosial Instagram, Maul mengetahui KBRI mengundang secara terbuka warga negara Indonesia di sekitar New Delhi merayakan Idul Fitri.
Tak ingin melewatkan salat Id, Maul berangkat dari kos teman mahasiswa di New Delhi pukul 05.00 menggunakan Uber. Maul datang lebih awal lantaran estimasi perjalanan memakan waktu hingga satu jam. Penerima beasiswa Indian Council for Cultural Relations (ICCR) itu tiba di KBRI New Delhi pukul 07.00. Saat memasuki gerbang utama, terlihat beberapa orang pria berpakaian rapi menata meja. Kala berjalan menuju halaman, tampak ornamen ketupat dan bulan sabit menggantung menyambut para tamu undangan. Terlihat pula karpet hijau dilengkapi sajadah di atasnya berjajar menutupi rumput bersaf-saf.
Para pria terlihat rapi mengenakan baju koko, peci, dan sarung. Sementara, jemaah wanita terlihat anggun memakai baju kurti khas India. Sekitar 150 jemaah yang hadir itu antara lain mahasiswa, warga negara Indonesia bekerja dan telah menetap di New Delhi, dan pegawai serta staf KBRI.
Salat Id dimulai pukul 07.30. Cuaca New Delhi yang sejuk, yakni di suhu 30 derajat menambah khusyuknya salat. Setelah mendengarkan khotbah para jemaah lantas berbondong bergeser ke area jamuan makan yang telah disediakan dengan sumringah. Lokasinya tak jauh dari tempat salat.
Dari Rendang hingga Es Timun Selasih
Terlepas dari ingin melaksanakan salat id dengan sesama warga Indonesia, alasan utama Maul memilih KBRI tak lain dan tak bukan adalah karena tersedianya berbagai kuliner khas negeri. Koki yang memasak merupakan orang Indonesia asli. Tak heran rasa masakannya tidak diragukan lagi kelezatan-nya.
Kudapan khas nusantara yang terhidang pun menggugah selera. Di antaranya lontong sayur, nasi, rendang, telor balado, ayam gulai, sambel goreng kentang dan ampela, kerupuk dan kerupuk udang. Sementara, menu minumannya pun tak kalah menyegarkan. Antara lain es teh, soft drink, dan es timun selasih. Menu ini merupakan favorit para pelajar Indonesia yang ada di luar negeri. Karenanya, kurang dari satu jam, semua makanan dan minuman bersih tak tersisa.
Bagi Maul, ini adalah kesempatan yang sayang dilewatkan. Maklum, di kampusnya yang sekarang tidak tersedia dapur. Sehingga, dia tidak memasak kala rindu makanan Indonesia.
“Iya seneng banget ada rendang, telor balado sama es timun selasih. Ini treasure karena di kampus nggak bisa masak, jadi senang banget bisa makan kuliner Indonesia,” katanya.
Foto bersama Dubes dan Hendi
Setelah makan, Maul tak mau membuang kesempatan bercengkerama dengan jemaah yang hadir. Berbeda dengan first master-nya, di second master-nya ini anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia di India itu satu-satunya warga Indonesia. Sehingga, Maul rindu bercakap-cakap menggunakan bahasa Indonesia. Terlebih dalam hal bercanda.
“Ya ngobrol ngalor-ngidul sama teman-teman. Kita kan seringnya nge-jokes gitu ya, kalau pakai bahasa Inggris tuh terkadang feel-nya nggak dapet,” katanya.
Tak lupa, Penerima beasiswa The Indian Council of Agricultural Research (ICAR) itu pun berfoto dengan Dubes RI untuk India dan Bhutan, Ina Krisnamurthi. Yang menarik, saat di KBRI Maul bertemu orang Indonesia yang viral jalan kaki ke Mekkah. Adalah Hendi, warga asli Sumedang.
“Kami berfoto dengan Bu Dubes dan Hendi buat kenang-kenangan,” katanya.
Maul mengenang, yang tak kalah penting lainnya, Maul melakukan video call keluarga tercinta. Suasana pun berubah haru.
“Saya video keluarga dengan meminta maaf, nggak lama sih ngobrolnya. Paling sekitar setengah jam, rasanya pingin nangis,” katanya.
Belanja di INA Market
Setelah menyelesaikan ibadah salat dzuhur, Maul bertolak menuju INA Market menggunakan metro. INA Market merupakan salah satu pasar yang terkenal di New Delhi. Pasalnya, di sana ada berbagai bumbu dapur dan bahan makanan khas Asia. Tak terkecuali Indonesia. Terlebih, harganya miring dan bapak penjualnya bisa berbahasa Indonesia. Ditemani temannya yang berkuliah di Delhi Technological University, Maul memborong mi Indomie.
“Cuma beli indomie goreng dan kuah, murah banget harga per bijinya sama seperti di Indonesia. Yaitu empat ribuan, kalau beli di aplikasi online bisa dua hingga tiga kali lipat,” katanya.
Lantaran masih rindu penganan nusantara, sebelum kembali ke Panthnagar, Maul berkunjung ke restoran Tibet lagi. Menu yang dia pesan antara lain momos (seperti dimsum), nasi goreng Buffalo, dan lapping seperti kwetiau yang isinya mi mentah kremes dan sayur lengkap dengan chilli oil.
“Favorit kami Sopa Himalayan Kitchen di Majnu ka-tilla, kita habis cuma seratus ribu,” katanya.
Setelah makan berat, Maul lantas berburu minuman boba.
“Iya, kita harus memanfaatkan waktu dengan baik. Kalau ke Delhi nggak afdal kalau nggak beli boba dan makan di restoran Tibet,” kata Maul menutup.
Advertisement