Keren, Siswa SMP Bikin Peta Surabaya-Sidoarjo Versi Metaverse
Seorang siswa kelas 9 SMP Homeschooling Pena Surabaya, membuat peta wilayah Surabaya hingga Sidoarjo dalam versi metaverse. Ia bernama Wienoza Septarron Susilo, atau lebih akrab disapa Arron.
Metaverse sendiri adalah konsep virtual yang menggambarkan ruang digital yang memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi dengan objek virtual dan satu sama lain.
Arron tertarik dengan dunia virtual sejak duduk di kelas 6 SD, terinspirasi dari game Roblox yang sering ia mainkan. Dari situ, ia memutuskan untuk belajar tentang Teknologi Informasi (TI) terutama di bidang Augmented Reality (AR).
“Karya metaverse pertama saya adalah peta Bali. Karena dulu sering liburan ke sana waktu kecil. Tapi masih banyak bagian yang perlu diperbaiki,” ucap Arron saat ditemui Ngopibareng.id di Homeschooling Pena Surabaya, Senin 3 Februari 2025.
Di wilayah Surabaya, Arron membuat peta Jalan Raya A. Yani hingga ke selatan masuk wilayah Kecamatan Waru, Sidoarjo. Lengkap dengan gedung, rel kereta, dan pepohonan di sisi kanan dan kiri jalan. Beberapa gedung yang menjadi fasilitas umum juga bisa diakses melalui game Roblox.
“Saya mapping yang paling jauh ya di Gedangan, Sidoarjo. Ke depan nanti pengen bikin daerah Citraland,” imbuhnya.
Menurutnya, dunia Metaverse sangat menarik karena bisa meningkatkan kreativitas. Bisa membuat mobil, membangun, gedung jalan raya, hingga mengatur cuaca. Tak hanya itu, Arron juga pernah membuat Bus versi metaverse dengan konsep HUT-RI ke 79.
“Waktu itu saya jual seharga Rp79 ribu, sesuai dengan hari kemerdekaan RI. Sehari laku 10 bus. Saya jual terbatas cuma sekali itu. Senang rasanya melihat orang lain pakai bus karyaku,” kata remaja berusia 15 tahun itu.
Melihat bakat Arron, Kepala Sekolah Homeschooling Pena Surabaya, Supriadi merasa bangga atas karya anak didiknya. Meskipun masih SMP namun tak menjadi kendala berkarya di dunia digital.
Supriadi melanjutkan, memang sejak masuk di Homeschooling Pena Surabaya, bakat Arron di dunia IT sudah terlihat, terbukti dari keputusan Arron memilih ekstrakurikuler Robotika dan coding.
“Memang basic-nya Arron berbakat di bidang itu, termasuk editing game. Bakat Arron terarah dan semakin berkembang saat gabung di grup IT itu.
Yang menjadi kendala Supriadi saat ini adalah belum menemukan siswa yang memiliki minat di bidang coding seperti Arron.
“Kendala teknis tidak ada, cuma siswa yang berbakat di bidang coding di sekolah kami hanya Arron saja, jadi kami kesulitan mencarikan partner untuk dia,” paparnya.
Bakat Arron tak lepas dari dukungan ayah kandungnya, Zefanya Meyritus Susilo. Zefanya mengatakan, tidak semua game berpengaruh negatif. Jika bakat anak di bidang game bisa diarahkan maka hasilnya pasti posisinya, misalnya bisa menghasilkan uang dan karya.
“Mengikuti perkembangan dunia digital, hampir semua anak pasti bermain game. Kita sebagai orang tua tentunya mengarahkan bagaimana game bisa berdampak positif bagi anak seperti menghasilkan karya atau materi,” tutupnya.
Advertisement