Jelang Musda DKJT: Komentar Beberapa Pelaku Seni
DKJT (Dewan Kesenian Jawa Timur) akan menyelenggarakan Musda di Hotel Luminor 25 sd 27 Juni mendatang. Salah satu agendanya adalah memilih ketua umum yang sejak 2015 dijabat Taufik Hidayat atau Taufik Monyong.
Berikut adalah pendapat dari  beberapa tokoh atau pelaku seni di Jawa Timur.
Â
Nonot  Sukrasmono, Sidoarjo, pelaku seni, BPH DKJT Periode 2014-2019:
DKJT dan Dewan Kesenian Kabupaten/Kota adalah lembaga yang strategis dalam  ranah kesenian. Sekarang ini terjadi kebuntuan. Karena itu perlu dibahas lagi dalam  musda. Marwah DKJT harus dikembalikan lagi pada relnya. Secara garis instruksi memang tidak  ada karena otonom. Tetapi  ada kesepakatan bersama yaitu garis koordinasi antara DKJT dan Dewan Kesenian Kabupaten/Kota saling menunjang. Tidak sebagai obyek atau subyek penderita, akan tetapi sebagai mitra.
Hal itu harus dikuatkan, karena DKJT tidak  bisa bekerja sendiri tanpa Dewan Kesenian Kabupaten/Kota. Maka perlu dibentuk koordinator wilayah yang  tugasnya menjembatani kepentingan Dewan Kesenian Kabupaten/Kota  dengan DKJT dalam hal kemitraan dan program kerja sehingga  kesannya tidak EO. Alangkah eloknya, jika gerakan ini dikerjakan bersama.
Advertisement
Sinergitas itu sangatlah penting, asal melalui proses, mekanisme dan aturan yang sudah disepakati dalam rakor, karena dalam  rakor inilah bisa diketahui, sajauh mana dan berapa persen program kerja berhasil atau terlaksana.
Â
Urip Santoso, Kediri, Pelaku Seni :
Walah saya males ngomong soal dewan kesenian mas. Di tempat saya di Kediri baik di Kabupaten maupun Kota tidak ada dewan keseniannya. Sepertinya  ada  tapi sebenarnya tidak ada. Dulu sekali pernah ada tapi sudah lama fakum. Sama sekali tidak ada kegiatannya.
Malah yang dulu jadi pengurus dewan kesenian sudah lama membuat organisasi atau komunitas-komunitas sendiri. Â Mereka berkegiatan seni melalui organisasi atau komunitasnya itu, tidak melalui dewan kesenian.
Kami berkesenian sendiri. Ada atau tidak ada dewan kesenian kami tetap melukis bersama teman-teman, dan kebetulan saat ini kami sedang pameran bersama 10 pelukis Kediri di Galeri Prabangkara, Taman Budaya Jawa Timur di Surabaya. Kami akan terus bergerak.
Â
Taufik Hidayat (Taufik Monyong), Surabaya, Ketua DKJT, Pelaku Seni:
Saya masih sibuk menggarap beberapa laporan. Apalagi nggarapnya  sendirian karena yang lain banyak aktivitas. Jika sudah selesai laporan tertulis dan dokumantasinya saya siyap berpendapat. Mohon maaf.
Â
Meimura, Surabaya, pelaku seni, BPH DKJT Periode 2014-2019:
Sebagaimana amanat  para senior yang  telah mendahului kita dan yang  masih hidup, DKJT dibentuk bertujuan untuk mendorong kesejahteraan seniman dan kesenian melalui Dewan Kesenian Kabupaten/Kota.
Harapannya, kedepan siapapun ketua ,pengurus, model  apapun organisasinya, musti menjalankan gagasan tersebut diatas. Â
Periode ke 1 dipimpin  Aribowo saya nilai berhasil membangun kepercayaan semua pihak terhadap  seniman, kesenian,  meskipun berangkat dari nol anggaran. Periode ke 2 dipimpin Setya Yuwana Sudikan, saya nilai berhasil bersinergi dengan pemerintah dan swasta.
Advertisement
Periode ke 3 dipimpin Ahmad  Fauzi  berhasil meluaskan jaringan kerja nasional, internasional, dan memastikan jaminan kesehatan untuk  seniman, meningkatkan kualitas semua tunjangan hari raya menjadi Tali Asih Gubernur Jawa Timur, dan masuk dalam program tahunan penerintah Provinsi Jatim. Meningkatkan secara signifikan anggaran DKJT.
Pada periode ke 4, Aahmad  Fauzi yang terpilih lagi sempat berikrar untuk  melaksanakan amanah tersebut. Tetapi sayangnya beliau tidak dapat menjalankan tugasnya karena sakit bahkan kemudian wafat.
Selanjutnya,  bonyok.  BPH,  Sekjen yang bernama Rangga mundur.  Bendahara dua Dessy, mundur. Pengganti tidak bisa maksimal lalu abstain atau diam. Bendahara 1, saudara Nonot sempat mundur tapi balik kucing. Penyebabnya, tidak patuh pada  Pedoman Dasar organisasi.
Itulah yang sementara bisa saya sampaikan penilaian saya.
Â
Budiamin, Ketua DK Bondowoso, pelaku seni, peserta Musda V DKJT:
Menurut saya kontribusi DKJT untuk Kabupaten/Kota di  Jatim sangat kurang. Dengan anggaran Rp 1,5 miliar/tahun  seharusnya sangat bisa mewarnai. Karena itu berbentuk apapun kepengurusan DKJT, sebenarnya tidak  masalah. Yang penting personal pengurus punya komitmen dan  motivasi kuat untuk memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan seni budaya di seluruh Jawa Timur. Dan mampu membrandingnya.
Jangan  sekadar umek di internal organisasi. Kita butuh personal pengurus yang  punya visi ke depan. Kita butuh personal yang punya tekad kuat mewujudkannya,  dengan  menyertakan rekan-rekan Dewan Keenian Kabupaten/Kota.  (nis)
Advertisement