Seniman Mural Bali, Kali Pertama Menggambar di Bambu
Bamboo Mural Festival diselenggarakan Bunuhdiri Studio dan Xgo. Festival ini kembali digelar untuk keempat kalinya di Surabaya. Sejak 2016, festival mural bertajuk 'MongaMonga' ini terus konsisten menjadi wadah street artist dalam berkarya.
Mural berarti mengambar atau melukis pada media yang luas. Bila biasanya mengambar mural dilakukan pada dinding, berbeda halnya dengan Bamboo Mural Festival yang memilih kerey (tirai) bambu sebagai media dalam seni mural.
Salah satu seniman street art dari Bali yang berpartisipasi, Tri Haryoko atau lebih akrab disapa Uncle Joy, mengaku baru pertama kali membuat mural menggunakan media bambu.
"Membuat mural di bambu seperti ini, pasti punya tantangan tersendiri. Pertama, catnya lebih lama kering. Lalu, karena permukaan kerey bambunya tidak rata. Jadi harus bener-bener dilihat catnya sudah rata atau belum. Oleh karena itu, setelah gambar saya lihat dari jauh sudah rata belum catnya," jelas lelaki yang tinggal di Jimbaran, Bali ini.
Laki-laki yang sudah mengeluti kesenian mural sejak 2005 ini mengatakan, dalam kesempatan ini dirinya lebih memilih mengambar hewan, seperti ayam dan anjng.
"Sebenarnya gambar ini sesuai imajinasi saya saja. Di tempat saya tinggalkan Bali banyak anjing. Sedangkan di sini banyak ayam. Jadi mengabungkan dua hal itu saja," ungkap Uncle Joy.
Menurut Uncle Joy, festival seperti ini harus banyak diadakan di Indonesia khusunya. Karena seniman mural membutuhkan tempat-tempat yang legal untuk berkarya.
Sementara, Xgo, art director festival mengungkapkan, acara ini diadakan memang untuk mewadahi seniman-seniman street art supaya terus berkarya.
"Tujuan kami memang ingin menjadi wadah teman-teman untuk berkarya dan berekspresi dengan mural," kata xgo, ditemui di Central Mall Gunawangsa, Surabaya, Sabtu, 28 September 2019.
Xgo menjelaskan, memilih bambu sebagai media dalam membuat mural. Karena bambu merupakan ciri khas negara asia. Selain tanaman bambu juga banyak dijumpai di Indonesia.
"Kalau dari sisi historis bambu merupakan alat perjuangan arek-arek Suroboyo dulu saat melawan penjajah. Jadi kami ingin lestarikan dalam bentuk seni mural," ucapnya.
Kerey-kerey bambu yang sudah berhias mural ini, nantinya akan disumbangkan kepada warga Surabaya, agar bisa dinikmati visual dan fungsinya.
"Nanti akan disumbangkan ke salah satu kampung di Surabaya, tapi untuk pastinya masih dilakukan pencarian mana tempat yang pas untuk menerima ini," pungkas Xgo.
Xgo berharap, festival ini bisa memacu semangat kawan-kawan seniman mural lainnya, untuk membuat festival serupa.