Idulfitri di India: Mutton Biryani Gratis, Kejadian Lucu saat Salat hingga Tempat Syuting Jolly LLB
Hari raya Idulfitri merupakan momen yang ditunggu setiap umat muslim di dunia. Lebaran di tanah rantau memberi warna tersendiri. Salah satunya bagi Nurtria Rendi Rahmadi, Mahasiswa S3 jurusan Management Studies di Indian Institute of Technology (IIT) Roorkee. Kendati tak sesemarak perayaan di Indonesia, pria asal Yogyakarta ini menyebut, kehangatan Idul Fitri tetap terasa di negeri Bollywood itu. Dia merayakan Idul Fitri di kampusnya IIT Roorkee.
“Iya memang nggak semeriah di Indonesia, nggak ada ornamen hiasan. Nggak ada takbiran juga, tapi alhamdulillah di sini suasana hari sucinya terasa. Meskipun, mungkin jumlah jemaahnya nggak sebanyak tahun lalu,” kata Rendi membuka melalui Google Meet.
Rendi mengingat, jemaah yang menghadiri salat Id pada 31 Maret 2025 itu sekitar 100 orang. Sementara, pada satu tahun silam, jumlahnya bisa mencapai 200 orang. Jemaah ini berasal dari berbagai kalangan dan latar belakang berbeda. Mulai dari warga lokal, staf dan akademisi kampus, hingga mahasiswa internasional. Seperti Tanzania, Maroko, Syiria, dan Sudan.
“Mungkin tahun ini banyak yang mudik, makanya orangnya berkurang,” tambahnya.
IIT Roorkee (Indian Institute of Technology Roorkee) terletak di Kota Roorkee, yang berada di negara bagian Uttarakhand, India. Roorkee adalah kota kecil yang dikenal sebagai kota pendidikan dan pusat penelitian, terutama karena keberadaan IIT Roorkee yang merupakan salah satu institusi teknik tertua dan paling prestisius di India.
Bila di Indonesia pelaksanaan salat Id dilakukan serempak pada waktu yang sama, lain halnya di India. Masing-masing masjid di India memiliki jadwal yang berbeda. Antara lain pukul 07.30, 08.30, dan 09.00. Alumnus SMAN 7 Jogjakarta itu memililih salat Id di masjid kampus yang dimulai pukul 09.00.
Mengenakan baju koko berwarna burgundy, Rendi bersiap menuju kampus dengan mengendarai sepeda lipat. Rendi berangkat pukul 08.00 dari apartemennya. Pria berkacamata itu tiba di masjid pukul 08.45. Rendi lantas memarkirkan sepedanya di area sekitar masjid. Dari pengamatan Rendi, jemaah biasanya hadir mendekati pelaksanaan waktu salat. Yaitu lima menit sebelum salat dimulai.
“Saya sengaja datang lebih awal agar bisa memilih tempat. Selain itu foto-foto di masjid, usia masjid ini lebih tua dari usia kampus saya. Mungkin sekitar 200 tahun,” kata Rendi.
Sebelum salat Id, Rendi pun tak lupa melaksanakan sunnahnya. Mulai dari sarapan, memakai wewangian hingga membayar zakat fitrah. Tepat pukul 09.00 salat Id dimulai. Setelah mendengarkan khotbah berbahasa Urdu sekitar 20 menit itu, Rendi lantas bergegas pergi. Sebelum pergi, pria berjanggut itu halalbihalal dengan sesama jemaah. Selain itu, memakan kudapan menyerupai jenang yang disediakan pengurus masjid.
Kejadian Lucu Saat Salat Id
Selepas menyelesaikan salat Id, Rendi lantas menemui rekan pelajar Indonesia perempuan yang juga salat di tempat sama. Dari pertemuan itu, ada kejadian menggelitik sekaligus membingungkan yang terekam di benak mereka.
Di India yang mengikuti mazhab Hanafi, memiliki tata cara salat berbeda dengan mazhab Syafii. Di mana sebagian besar dianut orang Indonesia. Di India, tepatnya di masjid kampus IIT Roorkee, takbir dilakukan masing-masing tiga kali.
Pada rakaat kedua, takbir tiga kali tersebut dilakukan setelah imam membaca surat pilihan. Yaitu sebelum rukuk dan sujud. Karena imam tidak menggunakan pengeras, suaranya terdengar samar. Tak ayal, para jemaah perempuan kendati mendengar takbir, mereka melanjutkan gerakan rukuk hingga sujud. Beruntung, Rendi berada di saf yang tak jauh dari imam. Sehingga, Rendi bisa melihat gerakan imam.
“Tadi saya dengar dari teman saya Mbak Khadijah, jemaah perempuan langsung rukuk. Pas usai salat mereka saling berbincang dan bingung. Saya nggak rukuk karena bisa melihat imam langsung,” katanya.
Tak hanya itu, Rendi menjelaskan, rekan sesama Indonesianya itu pun menyarankan agar lain kali imam berkhotbah menggunakan bahasa bilingual.
“Tadi mbak Khadijah juga memberi saran agar saya sampaikan ke Imam, kalau bisa khotbahnya dwi bahasa karena nggak semua yang hadir warga lokal,” tambahnya.
Foto di Gedung Ikonik Kampus Tempat Syuting Film Bollywood Jolly LLB
Selepas melaksanakan salat id, Rendi dan rekannya berjalan menuju spot foto ikonik di gedung utama IIT Roorkee. Pasalnya, salah satu rekan Rendi akan lulus di tahun ini. Yang menarik, ada sejarah di balik gedung James Thomason Building itu. Gedung yang dibangun pada tahun 1800 itu mencerminkan desain dan teknik konstruksi era tersebut.
Kampus yang dulunya bernama College of Civil Engineering Roorkee itu sudah berusia 177 tahun. Gedung yang menyerupai gedung White House di Amerika itu sering dijadikan lokasi syuting film Bollywood. Rendi mengingat, aktor kawakan Akshay Kumar pernah syuting di lokasi tersebut.
Kala itu kampus pun menjadi ramai. Banyak mahasiswa berbondong-bondong menyaksikan aktor suami Twinkle Khanna itu berlaga. Saking melubernya orang, awardee The Indian and Technical Economy Program itu hanya bisa melihat Akshay Kumar dari kejauhan. Terlebih, karena ketatnya penjagaan dan pengawasan, Rendi tak sempat berfoto bareng.
“Waktu itu Akshay Kumar syuting Jolly LLB dari pagi sampai sore. Jadi ceritanya dia menjadi seorang lawyer, gedung itu mendukung latar belakang story-nya. Saya nggak bisa foto karena banyak bodyguards-nya. Selesai syuting dia langsung masuk mobil,” katanya.
Setelah berswa foto, Rendi dan rekannya yang lain melanjutkan jalan kaki menuju kantin kampus. Di sana mereka memesan secangkir kopi seharga 50 rupees atau 10 ribu rupiah untuk membunuh waktu. Pasalnya, seporsi mutton biryani gratis baru akan dihidangkan pukul 11.30 di masjid kampus.
Seporsi Gratis Mutton Biryani
Waktu yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Seusai nongkrong, Rendi bersiap menuju masjid. Di sana, Rendi langsung mengantre. Antrean pun dibanjiri jemaah. Tak heran, menu yang terhidang adalah mutton biryani alias nasi biryani yang menggunakan daging domba. Saf putri dan putra dipisah. Penerima beasiswa The Doctoral Fellowship in India for ASEAN itu lantas menghabiskan makanan tersebut di tempat bersama rekan mahasiswa Internasionalnya.
Selepas menikmati biryani, Rendi melanjutkan ibadah salat zuhur di masjid sebelum kembali pulang. Bagi Rendi ini adalah pengalaman manis yang akan dikenang selama di bumi Mahatma Gandhi.
“Alhamdulillah punya keluarga di tanah rantau, serasa seperti di rumah. Alhamdulillah, saya lantas tak lupa video call keluarga saya untuk meminta maaf,” kata pria kelahiran 1982 itu menutup.
Advertisement