Cerita Herlina dari Papua ke Surabaya Untuk Operasi Wajah Merot
Perjalanan laut selama 120 jam dari Manokwari, Papua Barat, menuju Surabaya rela ditempuh Herlina bersama anaknya, Iqbal yang baru berusia 5 tahun, dan suaminya, Mohamad.
Lamanya perjalanan ini tak sebanding tekad kuat Herlina untuk sembuh dari Hemifacial Spams atau HFS (wajah merot).
Bagi Herlina yang sudah lima tahun mengalami kondisi wajah merot, hari-hari perjalanan ke Surabaya adalah saat yang mendebarkan dalam hidupnya.
"Tidak masalah meski lima hari mengalami kelelahan bahkan mabuk laut, yang penting saya bisa segera sembuh dan wajah saya kembali normal," cerita Herlina, yang sempat ditemui sebelum melakukan operasi di National Hospital Surabaya, Kamis kemarin.
Herlina pun menceritakan, bagaimana kondisi Hemifacial Spams tiba-tiba menyerang wajahnya.
"Tiba-tiba di suatu siang, tanpa sebab wajah bagian kiri saya mulai bibir, pipi sampai otot sekitar mata bergerak-gerak ketarik ke belakang tak terkendali. Saya panik sempat berpikir saya kena stroke," ungkapnya.
Pertama kali periksa ke dokter, Herlina mendatangi dokter mata yang ada di kotanya. Karena, ia merasa matanya terus bergerak tak terkendali.
Namun, dokter yang memeriksannya tidak menemukan masalah. Untuk melakukan diagnosa lebih lanjut ia tetap diminta untuk periksa ke dokter mata yang ada di Makassar.
Karena keterbatasan biaya, Herlina tidak bisa langsung berangkat. Setelah mengumpulkan uang tahun 2016, Herlina akhirnya bisa melakukan pemeriksaan di Makassar.
Setelah diperiksa dokter mata, dokter menjelaskan jika matanya sehat. Soal merot di wajahnya, ia diminta untuk memeriksakan ke salah seorang dokter saraf di Makassar pula.
“Saya langsung datang ke dokter saraf yang dimaksud. Dan akhirnya terungkap, jika saya menderita HFS. Dan dokter tersebut menyarankan untuk berobat ke dokter di Surabaya yang ahli dalam operasi HFS,” cerita Herlina sambil menitikkan air mata.
Sejak mengetahui kalau dirinya menderita Hemifacial Spams, Herlina menceritakan, lima tahun silam dirinya benar-benar tersiksa dan mentalnya jatuh.
Memang Hemifacial Spams yang diderita Herlina tidak menimbulkan rasa nyeri atau atau terasa sakit. Tetapi, wajah merotnya benar-benar membuat Herlina malu dan rendah diri.
“Saya kalau bicara dengan orang berusaha menunduk, tidak berani menatap karena wajah saya yang merot,” ungkapnya sambil menyembunyikan wajahnya yang merot dengan ditutupi tangan kiri.
Apalagi kalau pas capek atau lagi stress memikirkan sesuatu, lanjut Herlina, merotnya makin parah dan intensitasnya makin sering.
Saat mengetahui biaya operasi Hemifacial Spams dan harus dilakukan di Surabaya, Herlina dan suami sempat berkecil hati. Sebagai orang berpenghasilan pas-pasan bukan pekerjaan mudah bisa berobat di Surabaya.
"Tapi demi kesembuhan saya, saya mengumpulkan sedikit demi sedikit uang untuk melakukan operasi di Surabaya," ucap Herlina.
Berkah Tuhan memang tak disangka-sangka. Saat proses pengumpulan uang untuk operasi, Herlina mendapat kabar baik dari komunitas HFS.
Ia diminta segera ke Surabaya untuk melakukan operasi. Tanpa perlu mengeluarkan biaya alias gratis.
“Kebahagiaan saya sungguh tak terkira,” kata Herlina.
Mohamad, suami Herlina yang setia menemani sang istri dan menunggu dengan sabar di ruang tunggu meggungkapkan, rasa bahagiannya, karena kondisi wajah merot istrinya akan segera pulih dengan operasi.
"Senang, akhirnya setelah lima tahun dia (Herlina) menderita karena wajahnya yang miring, sekarang wajahnya sudah bisa kembali seperti semula," kata Mohammad.
Herlina menjalani operasi wajah merot dengan operasi Microvascular Decompression (MVD) dengan teknik operasi lubang kunci atau keyhole surgery di National Hospital Surabaya, Kamis, 19 September 2019.
Usai operasi, Herlina masih berada di ruang ICU sampai 1 kali 24 jam.