“Bayangin, gak ngapa-ngapain, dapat Rp 500 Miliar. Siapa yang gak ngimpi hidup di Batu?”
Batu adalah tempat para milyader dadakan, utamanya, para pemilik tanah yang luas.
Dulu, kata Eddy Rumpoko, ada petani beli tanah 50 hektare dengan harga Cuma Rp 10 ribu permeter perseginya. Sekarang harga tanah Rp 1 juta/ meter. “Bayangin, gak ngapa-ngapain, dapat kekayaan Rp 500 Miliar. Siapa yang gak ngimpi hidup di Batu?” tandasnya.
Di bawah kepemimpinan Eddy, kantor pemerintahan, juga dibangun baru, seperti yang ditempati sekarang, gedung Amon Tani. Gedungnya mewah. Desainnya mutakhir. Bila malam hari, dihiasi lampu yang menarik.
Di depan gedung, ada area taman, untuk kongkow-kongkow. Bagi Eddy, jangan dilihat mewahnya, tapi gedung dan tanah di sini, disiapkan untuk aktivitas masyarakat Batu. Karena itu diberi nama “Among Tani.” Bagi masyarakat yang mau menggunakan gedung atau halaman, silakan saja, tidak dipungut biaya. Event apa saja, sangat sering digelar di halaman Among Tani.
Pembelaan Eddy terhadap petani, patut diacungi jempol. Dalam banyak hal, semua dipusatkan untuk pengembangan petani dan daerahnya.
Advertisement
Pemerintahan pusat menyerukan hutan rakyat. “Padahal Batu wis duluan, wis biyen, hutannya sudah jadi tempat wisata semua,” ujarnya sambil tertawa.
Sekarang, dengan semakin dikenalnya Batu sebagai kota wisata, masyarakat mengembangkan sendiri daerahnya sebagai tempat tujuan wisata. Misalnya, ada rumah pohon, tanahnya ditanami buah-buahan untuk wisatawan langsung metik buah di lokasi, dan banyak lagi.
Melihat fenomena itu, Eddy sangat senang. “Biarkan mereka berkembang dulu, biar kenyang dulu, dikandani enak, kalau mereka luwe, koen iso diantemi barang,” katanya.
Hanya saja, dikeluhkan Eddy, kebijakan-kebijakan pemerintah pusat, masih kurang berpihak kepada sektor pertanian, disbanding misalnya dengan dunia property. “Kalau pengusaha property, membangun rumah biaya Rp 100 juta rupiah, bebas dijual sampai Rp 400 juta rupiah. Itupun rakyat pembelinya disuruh nyicil sampai 20 tahun,” papar Walikota yang juga pengusaha property ini.
Padahal, modal para pengusaha property didapat dari pinjaman Bank atau dana dari luar negeri. Sudah begitu,, rakyat masih harus membelinya dengan harga mahal. Menurut Eddy, ini memberatkan rakyat. “Sedang di dunia pertanian, tidak demikian, dipatok dengan harga yang kurang menguntungkan petani, kita naikkan sedikit, malah bisa dianggap korupsi,” katanya terus terang.
Misalnya terhadap peternak sapi susu segar di KWB. “Saya ada kebijakan beli susu segar dari peternak untuk dikosumsi anak-anak sekolah. Ingin sekali saya membelinya dengan harga mahal, tapi terkendala kebijakan, sehingga harganya harus sesuai harga pasar, kalau saya beli mahal, niatnya nolong peternak, malah saya dikira nyopet, mateng aku, malah bisa jadi tertuduh korupsi,” tambahnya.
Advertisement
Seandainya mau, pemerintah bisa saja mengeluarkan kebijakan menaikkan harga pertanian yang tinggi, yang menguntungkan para petani. “Harga jeruk, kasih aja Rp 25 ribu, harga pertanian lainnya juga begitu, dimahalkan, dengan begitu petani akan menikmati untung, tidak seperti sekarang, bagi saya ini tidak fair.”
Indonesia adalah negara agraris. Sektor pertanian mestinya harus diandalkan. “Kenapa kalau pengusaha property bisa jual rumah dengan harga seenaknya, kenapa petani gak boleh?”
Sebelum terjun ke dunia property dan jadi Walikota, awal karier Eddy Rumpoko sendiri, sebenarnya, diawali dari bakatnya sebagai promotor musik era 80-an, dengan mendirikan Javanoa Production. Ia tergolong promotor Malang yang mampu menandingi Log Zhelebour. Meninggalkan dunia kepromotoran, Eddy bergelut di dunia bisnis, utamanya property.
Saat ia maju jadi salah satu calon Walikota Batu, tahun 2006 lalu, tidak ada yang melihat potensinya. Sejumlah pengusaha, bahkan mendukung calon lain. Tapi terbukti, Eddy lah pilihan tepat wong Mbatu.
Pada periode 2007-2012, ia didampingi Wakil Walikota Budiono. Periode 2012 – 2017, Eddy berpasangan dengan Punjul Santoso.
Pasangan Eddy-Punjul berhasil memenangkan pilkada Batu 2012 dengan perolehan sebesar 46.724 suara (44,7%). Eddy Rumpoko dilantik menjadi wali kota untuk periode kedua berpasangan dengan Punjul Santoso pada tanggal 26 Desember 2012.
Panjul, terpilih lagi jadi Wakil Walikota yang mendampingi Dewanti, istri Eddy, yang segera dilantik, bila tidak ada perubahan, Desember 2017 ini.
Eddy menikah dengan Hj. Dra Dewanti Rumpoko, M.Si dan memiliki anak bernama Dinasty Rumpoko, Ganisa Pratiwi Rumpoko dan Raras.
Prestasi Dewanti sendiri ---yang 10 tahun mendampingi Eddy Rumpoko jadi Walikota, tidaklah sedikit. Hj. Dra Dewanti Rumpoko, M.Si --- begitu jabatan lengkapnya --- adalah Dosen Fakultas Psikologi, Universitas Merdeka Malang. Pada Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota batu 2017, lalu, ia mampu mewariskan kekuasaan suaminya, dengan “warisan” Wawali juga dari suaminya, yakni bakal didampingi Wakil Walikota Punjul Santoso (saat ini menjabat Wakil Wali Kota Batu). (dmr/bersambung)
Biodata Dewanti Rumpoko
Nama: Dra.Dewanti Rumpoko,M.Si
Tempat, tanggal lahir : Ampenan, 13 Desember 1962
Alamat: Jl. Panglima Sudirman No.98 Kota Batu, Jawa Timur
Pendidikan terakhir: S2 Psikologi Pendidikan
Agama: Islam
Orang tua: Alm.Bpk.Soekanto dan Ibu Sri Suharti
Suami : Eddy Rumpoko
Anak-anak: Andy Rumpoko, Ganisa Pratiwi Rumpoko, Anindya Parasmay Putri.
Profesi: Dosen Fakultas Psikologi, Universitas Merdeka Malang
Pengalaman berorganisasi:
Ketua Tim Penggerak PKK Kota Batu
Ketua Yayasan Jantung Indonesia Cabang Malang Raya
Ketua PRSI Cabang Malang
Ketua Forum PAUD Kota Batu
Ketua Palang Merah Indonesia Kota Batu
Ketua Dekranasda Kota Batu
Komite Lions Club Indonesia
Wakil Ketua III Pengurus Harian Koni Jatim
Ketua Yayasan SLB Putra Jaya
Wakil Ketua Bidang Ekonomi DPD PDI Perjuangan Jawa Timur
Prestasi:
Penghargaan Kirana Award (2009)
Advertisement