Batik Kudus Bangkit: Pertamina Berdayakan Disabilitas dan Kaum Rentan Lewat Muria Batik
Batik Kudus yang sempat terancam punah kini kembali bersinar berkat kiprah sosial wirausaha Yuli Astuti, pendiri Muria Batik Kudus. Lewat program Pertamina Pertapreneur Aggregator 2024, Yuli tidak hanya melestarikan warisan budaya lokal, tetapi juga memberdayakan kelompok rentan seperti perempuan, penyandang disabilitas, lansia, dan anak berkebutuhan khusus.
Sejak mendirikan Muria Batik Kudus pada 2005, Yuli aktif mendidik generasi muda agar tertarik dan terampil dalam membatik. “Batik Kudus hampir punah karena tidak ada anak muda yang mau belajar. Maka saya ajak mereka belajar dari nol,” ujarnya dalam acara Sustainability Implementation Mentoring & Monitoring yang digelar di Kudus, Selasa 10 Juni 2025.
Yuli menciptakan ekosistem kerja inklusif dengan merekrut ibu rumah tangga, disabilitas, hingga lansia untuk menjadi bagian dari produksi batik. Para pekerja diberikan fleksibilitas waktu, bahkan dapat bekerja dari rumah, demi menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. “Fleksibilitas itu penting agar mereka tetap bisa produktif tanpa meninggalkan peran di rumah,” tambah Yuli.
Tak hanya itu, Muria Batik Kudus kini telah menjadi UMKM aggregator yang membina 10 pelaku usaha kecil lainnya di sektor kreatif dan tekstil. Upaya ini mendapatkan apresiasi tinggi dari PT Pertamina (Persero) melalui ajang Pertapreneur Aggregator 2024, di mana Yuli berhasil meraih dua penghargaan: Juara 3 Nasional dan Kategori Pemberdaya Inklusif. Sebagai bentuk dukungan, Pertamina memberikan hibah alat produksi senilai Rp70 juta kepada Muria Batik Kudus.
Vice President CSR & SMEPP Pertamina, Rudi Ariffianto, menyatakan bahwa program ini dirancang untuk mencetak UMKM aggregator yang tangguh dan berdampak. “Kami ingin UMKM naik kelas dan menciptakan lapangan kerja berkualitas. Ini juga selaras dengan Asta Cita Pemerintahan Prabowo-Gibran dalam mengembangkan industri kreatif dan kewirausahaan,” ungkapnya.
Dengan pendampingan mentor profesional dan pelatihan selama setahun, Yuli kini menargetkan untuk menggandeng 10 hingga 15 UMKM baru agar tumbuh bersama. Ia juga telah meningkatkan pengelolaan limbah produksi menjadi lebih ramah lingkungan dan efisien, sejalan dengan prinsip keberlanjutan.
Tak hanya dikenal di dalam negeri, produk Muria Batik Kudus kini telah menembus pasar internasional, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa pelestarian budaya bisa berjalan beriringan dengan pemberdayaan sosial dan lingkungan.
Advertisement