Aktivitas Mencari Koin Jagat Viral, Pakar Komunikasi UNAIR Ingatkan Dampaknya bagi Masyarakat
Aktivitas pencarian Koin Jagat oleh sejumlah warga masyarakat di berbagai belahan daerah di tanah air, termasuk di Kota Surabaya, sedang viral di media sosial. Saat berhasil ditemukan dan ditukar, koin tersebut digadang-gadang dapat menghasilkan uang tunai bagi siapa saja yang berhasil menemukannya.
Pakar Komunikasi FISIP Universitas Airlangga (UNAIR), Dr Andria Saptyasari mengatakan, antusiasme masyarakat terhadap permainan tersebut merupakan dampak dari perkembangan teknologi digital yang tidak bisa terhindarkan. “Apalagi bagi mereka yang sedang mengalami masalah ekonomi, menghilangkan rasa penat sekaligus cuan semakin menarik bagi mereka melakukannya,” ujarnya, Senin 20 Januari 2025.
Menurutnya, fenomena ini dapat dianggap sebagai bagian dari budaya populer baru, di mana kemungkinan akan pudar seiring munculnya aplikasi baru yang lebih menarik. Ia menyebut, dampak dari aplikasi semacam itu terhadap generasi muda perlu menjadi perhatian serius.
Andria menyarankan, sebaiknya para programmer sebaiknya menciptakan suatu permainan yang lebih kreatif dan berdampak positif pada kemampuan bersosialisasi generasi muda.
"Yang menjadi perhatian di sini adalah kalangan generasi muda ini akan menjadi sangat tergantung (kecanduan) akan kecanggihan teknologi semacam ini untuk menghilangkan frustasi, stres, dan penat mereka," ujarnya.
Andria juga menyebut, permainan ini juga dapat mengubah persepsi masyarakat tentang konsep uang dan harta. Perburuan koin jagat menciptakan masyarakat yang cenderung mencari rezeki secara instan.
”Ini yang kemudian memunculkan budaya di masyarakat, yang instan dalam mencari rejeki. Padahal esensi manusia mencari rezeki harusnya berdasarkan pada how dan why,” terang dia.
“Apabila generasi muda ini lebih menyukai hal-hal yang instan seperti ini, maka tidak mustahil apabila nantinya mereka menjadi generasi yang mudah retak, stres, dan mudah depresi menjalani hidup,” lanjutnya.
Andria juga menyoroti kekhawatiran terkait ketergantungan pada aplikasi dan potensi eksploitasi data pribadi. Pada dasarnya, aplikasi apa pun selalu meminta data pribadi pengguna yang merupakan bentuk pengambilan data secara tidak langsung.
Oleh sebab itu, Andria juga mengingatkan bahwa isu-isu etis ini memerlukan perhatian serius mengingat dampaknya pada privasi dan kesejahteraan pengguna.
“Terkadang ini yang akan membuat kita membuat semacam perjanjian dengan pihak tertentu, dan kita tidak bisa lepas dari bayang-bayang mereka. Yang membuat kita memberikan pengorbanan tanpa henti (materi, waktu, tenaga) yang membuat pelaku kelelahan, hubungan dengan keluarga (anak, istri, suami) terabaikan,” tegasnya.
Advertisement