Akses Vaksin Tidak Adil, Lebih Menguntungkan Negara Kaya
Kesetaraan akses vaksin di dunia tidak mencerminkan keadilan. Vaksin hanya bisa diakses dengan mudah oleh negara kaya. Ketidakmerataan akses vaksin tersebut bisa dilihat dari adanya kesenjangan jumlah populasi yang telah divaksin di berbagai kawasan di dunia.
Di kawasan Amerika Utara dan Eropa misalnya, dosis vaksin Covid-19 yang telah disuntikkan mencapai 75 persen dari populasi. Sementara itu, di kawasan Afrika baru menjangkau 4,03 persen populasi dan di kawasan ASEAN baru menjangkau 16,3 persen jumlah populasinya. Sementara hingga tanggal 13 Juli 2021, dunia telah menyuntikkan hampir 3,5 miliar dosis vaksin Covid-19.
Direktur Jenderal WHO memperkirakan perlu adanya tambahan vaksin sekitar 350 juta dosis untuk memvaksin setidaknya 10 persen populasi di setiap negara pada September 2021 dan memerlukan 11 miliar dosis untuk memvaksinasi 70 persen populasi dunia pada pertengahan 2022.
Kesenjangan mengakses vaksin Covid tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu ) RI Retno Marsudi secara virtual saat menyambut kedatangan vaksin tahap ke-23 pada Selasa malam13 Juli 2021.
Advertisement
Oleh karena itu, Indonesia terus mendorong kesetaraan akses vaksin bagi semua negara di tengah pandemi yang melanda seluruh kawasan di dunia.
"Pemerintah Indonesia akan terus bekerja untuk mengamankan kebutuhan vaksin untuk Indonesia dan terus mendorong pada tingkat dunia kesetaraan akses vaksin bagi semua negara," ujar Retno.
Menlu menganggap ini merupakan tantangan yang tidak kecil. Namun melalui kerja sama, melalui kolaborasi, dan solidaritas, tantangan ini akan dapat diatasi.
Menlu Retno menjelaskan bahwa yang menjadi tantangan bagi Covax Facility saat ini adalah pasokan vaksin yang menyebabkan keterlambatan pengiriman kepada peserta Covax termasuk negara anggota AMC (advance market commitment). Namun, Menlu memastikan bahwa Covax akan bekerja keras agar pasokan vaksin bagi semua negara dapat terus ditingkatkan.
"Di tengah semua tantangan tersebut, Covax terus bekerja keras agar pasokan vaksin bagi semua negara terutama negara berkembang dapat terus ditingkatkan. Diperkirakan pasokan vaksin akan lebih baik mulai bulan September, Oktober dan seterusnya," jelasnya.
Kenaikan pasokan vaksin juga dimungkinkan dengan telah dilakukannya kerja sama antara GAVI dan Sinovac serta Sinopharm yang telah mendapatkan EUL (emergency use of listing) dari WHO, serta adanya komitmen dalam mekanisme berbagi dosis vaksin.
Dalam pertemuan Covax Engagement yang dia pimpin kemarin, pihak GAVI juga menginformasikan telah terdapat komitmen ratusan juta vaksin dalam mekanisme dose-sharing dan tentunya mekanisme dose sharing ini akan membantu peningkatan distribusi vaksin ke negara dunia.
Advertisement